18 Juli 2011

607

(Lanjutan ini dan ini)

Jadi... apakah gas-gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global? Menurut Ruddiman, ya. Berdasarkan siklus 22000 tahunan, saat ini kita seharusnya sedang mengalami kecenderungan penurunan temperatur. Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca sejak 8000 tahun yang lalu (termasuk umpan balik positifnya) mencegah terjadinya zaman es yang seharusnya terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Namun, bahkan hingga ~200 tahun yang lalu, kecenderungan yang terjadi masih berupa penurunan temperatur. Selama 100 tahun terakhir, temperatur global telah meningkat sebesar 0,6-0,7 derajat celcius.

Ada beberapa hal yang perlu dicatat. Yang pertama, ketika bicara tentang pemanasan global maka kita perlu melihat data temperatur, nee, iklim dalam periode yang sangat panjang. Setidaknya ribuan taun. Tentunya data 150 tahun yang lalu tak seandal dan selengkap data yang kita miliki saat ini. Apalagi seribu atau 5000 tahun yang lalu. Tetapi jika kita membatasi pengamatan pada jangka waktu yang pendek, kita dapat dengan mudah terjebak pada fluktuasi jangka pendek yang seolah-olah mengindikasikan pendinginan atau pemanasan abnormal.

Yang kedua, saat ini berdasarkan siklus alami, kita seharusnya mengalami pendinginan global. Artinya, efek gas-gas rumah kaca sesungguhnya lebih besar dari peningkatan temperatur yang teramati, tetapi juga seharusnya penurunan temperatur yang tidak terjadi.

Yang ketiga, laju peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca, dus peningkatan temperatur, selama 200 tahun terakhir setara, bahkan lebih laju ketimbang peningkatan yang terjadi sejak 8000 hingga 200 tahun yang lalu. Penting juga dicatat bahwa dengan berbagai upaya yang kita lakukan saat ini, termasuk Protokol Kyoto bahkan jika AS ikut berpartisipasi, peningkatan konsentrasi karbondioksida masih sangat mungkin terjadi. Juga, terdapat jeda antara peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca dengan peningkatan temperatur, yang berarti kita mungkin akan mengalami peningkatan temperatur dengan laju lebih tinggi di masa yang akan datang.

Lalu, apakah ini kabar buruk? Mungkin iya, tapi Ruddiman tidak menganggap pemanasan global/perubahan iklim sebagai masalah terbesar yang dihadapi umat manusia. Ia menyesalkan debat ekstrim antara propagandis perubahan iklim dan para penyangsinya. Kedua pihak sama-sama menanggung dosa mengabaikan atau, lebih parah, memanipulasi fakta-fakta ilmiah untuk mendukung klaim mereka. Media yang berusaha menyajikan berita dari dua sisi terjebak dalam perang klaim ekstrim dan hanya menciptakan, atau menambah kebingungan.

Di jurnal Science, Ruddiman mengulas Cool It-nya Bjørn Lomborg dan menyetujui pesan sentralnya, bahwa kita harus menyikapi perubahan iklim dengan lebih cerdas. Menurut Ruddiman sendiri, saat kita bisa menikmati energi dan sumber daya seperti tanah subur dan air bersih dengan biaya murah mungkin sudah mendekati akhir. Dalam waktu mungkin tak lama lagi, bahan bakar fosil (kecuali batubara) akan menjadi sangat langka dan sangat mahal. Daya dukung lingkungan untuk meregenerasi mineral tanah dan memfilter air bersih semakin menurun karena penggunaan berlebihan dan pencemaran. Dan menemukan sumber daya dan teknologi pengganti yang terjangkau adalah tantangan sangat besar untuk kita.

-Ngomong2, ternyata tak selamanya gue musuhan sama Al Gore dan Protokol Kyoto. Ini bahkan (justru?) sebelum nonton An Inconvenient Truth :P

4 komentar:

  1. Pada akhirnya, mungkin memang benar kata Crichton ya (ketika dia belum menulis "Prey", dan itu PERLU ditekankan ;p), bahwa maksimal yang bisa dilakukan manusia hanyalah membuat dirinya sendiri punah. Bukan menghancurkan buminya. :D

    BalasHapus
  2. Oh ada yang baca!
    #terharu #salahpokus

    Kalo menurut Crichton di State of Fear ya (dan itu persis setelah Prey, hihihi), bumi memang dalam siklus perubahan yang konstan kok. Either manusia (jaman dulu) suffer karena perubahan itu, atau justru memanfaatkannya (e.g. native american).

    I'm not saying that we shouldn't (try to) save the planet. I'm just saying that we should not listen to Al Gore :D

    BalasHapus
  3. Adriansyah1/8/11 05:41

    :))

    oh, dan rasanya jadi ada satu hal yang terkonfirmasi: jika memang benar yang terkena dampak adalah "kita", dan bukan "bumi", berarti mental "save ourselves first" jadi dapat pembenaran ya? Hail The Secret and every other self-help books, then. #eaaa

    And, hey. Selamat berpuasa dan mohon maaf lahir batin ya. :) Bagi-bagilah nanti cerita tentang berpuasa di negeri kaum kuffar. #mukajenggot

    BalasHapus
  4. buku2 self helf (duh sunda) itu bukannya menjual jargon "help yourself by helping others" ? gw mah "help yourself by helping yourself" ;))

    selamat berpuasa juga ifan... berpuasa di negri kaum kuffar lebih enak sebenarnya kalo aja harinya gak 18 jam :D

    BalasHapus