Reaksi pertama gue membaca kutipan itu di media-media Indonesia (tidak termasuk koran Media Indonesia ) adalah tergeli-geli. Gue langsung membayangkan Taufik Savalas dengan tampang jaimnya. Rasanya seperti dagelan mengucapkan itu di depan presiden yang partainya baru kalah pemilu.
Tapi gak lama setelah itu gue gak bisa ketawa lagi. Gue baru sadar bahwa pernyataan itulah yang kemudian dikutip media internasional. Dalam bahasa Inggris tentu saja (gue belum pernah liat Taufik Savalas memparodikan SBY dalam bahasa Inggris). Sial. Apakah semua orang seperti gue yang melihat pernyataan itu sebagai normatif dan jaim (artinya gak usah dianggep gitu)? Rasanya tidak. Sial.
[halooo rani, ke mana aja? bush-nya udah ngacak-ngacak negara laen dan SBY baru dapet gelar doktor honoris causa yang untungnya tidak dari IMBI, lo baru posting sekarang ]
Ngomong-ngomong, baru aja nyelesein chicklit berjudul Sammy's Hill yang bercerita tentang seorang cewek yang bekerja di Capitol Hill (hey, berima!). Buku ini cukup detail dan agak dalem menggambarkan pekerjaan staf seorang senator idealis. Di luar kesialan-kesialan konyol, satirnya lumayan cerdas. Agak naif, memang. Dan seperti umumnya ciklit, kita sudah tau dari awal siapa cowok-yang-akhirnya-akan-jadi- pacar-Sammy-dan-hidup-bahagia-selamanya.
Dalam buku itu ada tokoh Presiden Pile, yang digambarkan sebagai bencana.
Kabinetnya hanya bikin kacau selama tujuh tahun terakhir, dan praktis dalam semua segi, kekuasaannya menghasilkan malapetaka yang tak tanggung-tanggung. Kebijakan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidupnya, atau lebih tepatnya, tak adanya kebijakan lingkungan hidup, telah menerjunkan bangsa ini ke dalam resesi hebat yang membuat Amerika mundur sepuluh tahun, bahkan lebih. Komunitas internasional sudah terbiasa melihat berbagai permasalahan yang dialami Amerika dan berusaha sebaik mungkin mencegah kabinet Pile menyebarluaskan kebodohan mereka hingga melebihi perbatasan.
Hmm, mengingat buku ini terbit taun 2004, kenapa gak menggunakan "Bush" saja sekalian ketimbang nama samaran "Pile"? Hehe, gak ding. Gue gak begitu ngikutin situasi domestik Amerika (ngapainlah, bukan negara gue), tapi kalo Bush dibilang sebagai "malapetaka yang tak tanggung-tanggung" rasanya gak salah. Peningkatan anggaran militer rasanya pasti berdampak sama kondisi ekonomi. Dan bagaimana Bush menolak meratifikasi Protokol Kyoto (gue bersyukur Amerika negara federal) bisa merujuk kepada "tak adanya kebijakan lingkungan hidup". Sayang kalimat terakhir salah total. Komunitas internasional mana yang bisa mencegah Amerika?
Sammy's Hill ditulis oleh Kristin Gore yang tak lain adalah anaknya Al Gore. Mungkin dari situlah semua detail itu berasal. Dia kuliah di Harvard dan pernah menjadi penulis Saturday Night Live, bahkan mendapat nominasi Emmy. Adooh... kapan ya gue menulis ciklit dan mendapat nominasi Piala Vidia?
Update: Baru baca kolomnya Bill Liddle di Tempo, ternyata yang disoroti New York Times justru dukungan Indonesia untuk segera menarik pasukan dari Irak. Hmm... memberi gue perspektif baru. Ngomong-ngomong, update bahasa Indonesia-nya apa sih?
..dan bapaknya bikin docu Inconvenient Truth.. hehehe..
BalasHapusyeah... gue jadi curiga tokoh senator idealis itu personifikasi bapaknya :D
BalasHapusiya,..jadi kapan nulis ' ciklit ' nya ?...kenapa harus Vidia ? FFI sekalian..salam
BalasHapus