03 Juli 2008

347

Akhir-akhir ini di kepala gue bercampur-baur banyak hal. Acak. Gak penting. Gak mencerahkan. Tapi masih satu tema. Dan ngabis-ngabisin kapasitas otak gue yang terbatas untuk ngapalin emoticon shortcuts buat ceting. Maka baiknya dimuntahin aja. Walopun basi. Karena nulisnya disambil-sambil sama maen sudoku, buka-buka Metcalf & Eddy, dan ngerjain makalah refleksi. Dengan status YM: 'blogito ergo sum, terbit kapan2'

Konsekuensi dari pikiran-pikiran yang tercetus dari banyak insiden. Bahasan tidak terstruktur. Tidak kronologis. Tidak apapun.

Tentang 1 Juni. Dan FPI. Dan Ahmadiyah. Dan AKKKKBBBB... (what?) Basi? Banget. Gue sebenarnya menghindar dari beropini. Karena gue tau gue sudah bias. Karena gue gak suka mereka dengan alasan-alasan yang menurut gue sangat jelas.

Ketika nampaknya media-media arus utama beramai-ramai mengecam (kenapa? karena dalam AKKBB banyak orang-orang media?), perang opini terjadi di blog dan milis. Mungkin juga SMS. Atau mungkin di media arus utama juga, tapi gue gak ngikutin. Lalu keluar SKB, Munarman menyerahkan diri. Lalu.

Sudah?

[Mas Harry Sufehmi menulis tentang bagaimana situasi berubah 180 derajat]

[oh iya, bagi para penggemar teori konspirasi, sebenarnya insiden ini hanyalah tipu daya antek-antek zionis untuk memecah belah umat islam. atau setidaknya, seperti halnya EURO2008, hanyalah bagian dari taktik pemerintah untuk mengalihkan perhatian dari BBM]

Dan lalu, akar masalahnya adalah Ahmadiyah. Kenapa sih Ahmadiyah demikian pentingnya untuk dibela atau dimusuhi. Statistik, tolong?

[Ndoro Kakung menulis cukup lengkap tentang Ahmadiyah di sini, di sini, dan di sini. Sisi lain ada di sini]

Gue?

Tapi gue inget cerita seorang teman. Suatu kali dia lagi jeprut. Lalu tiba waktu shalat. Dia masuk ke sebuah mesjid, meminjam mukena dan shalat. Ketika mau pergi, dia baru nyadar kalo mesjid itu mesjid Ahmadiyah. Dan itu membuatnya bahagia sekali.

Teman yang aneh.

[yea... yea... gue tau kalian tau siapa temen gue itu ;))]

Tentang Jalaludin Rakhmat dan Irshad Manji. Dan Buya Syafii. Dan Kebiasaan Lama Membentur-benturkan Kepala ke Meja. Akhirnya selesai juga membaca Islam dan Pluralisme. Tadinya mau bikin tulisan sendiri. Bukan review. Gak sanggup. Terlalu berat. Tapi memang memaksakan menyelesaikan buku ini (walopun kalo mengingat belinya setaun yang lalu... ) dalam rangka pusing mencari pencerahan. Atau mencari bahan tulisan ;))

Iya, terlalu berat. Untuk kritisi, silakan digugling sendiri aja.

Terus gara-gara tulisan Ifan, gue jadi baca Irshad Manji dari sini. Belum selesai sih.

Dan Buya Syafii. Kalo berbicara tentang negara Islam, gue selalu ingat ini.
Titik kisar hidupnya diawali ketika bertemu seorang cendekiawan dan pembaru Islam dari Pakistan, Prof Fazlur Rahman, yang juga pengajar di kampus orientalis Universitas Chicago, Amerika Serikat.

"Berikan saya seperempat kemampuan intelektual Anda, saya akan mengubah Indonesia menjadi negara Islam. Profesor Fazlur hanya tertawa, dan berkata bahwa saya boleh mengambil semua pikiran beliau," ujar Syafii sambil tertawa seolah menertawakan sikapnya sendiri saat menjadi mahasiswa di AS.
(Syafii, Anak Panah Muhammadiyah, Ari Susanto dan Agnes Rita Sulistyawaty, Kompas, 8 September 2006)

Hubungannya apa ya? Karena Buya Syafii adalah tokoh yang sangat gue kagumi aja. Ada yang punya transkrip atau skrinsyut wawancara beliau di Sinar Harapan yang katanya berbau rasisme itu? Gue cuma menemukan klarifikasinya di sini. Trus kemaren sempet kumat lagi, buka-buka situs JIL bersamaan dengan sabili dan hidayatullah. Ngomong-ngomong ga bisa pasang taut ke situs JIL, lagi dalam perbaikan. Jangan-jangan disabotase #:-S

Dikutip dari milis:
Yang menjadi masalah kaum JIL adalah mereka membawa perdebatan dalam filsafat, sosiologi dan tafsir agama ke level grass root, yang jelas akan menimbulkan friksi2.
(Pak Dje)

Jadi inget tulisan Pepson. Tritunggal (trinitas) itu bukan 1+1+1=3 tapi 1=1=1. Baca sendiri aja. Gak rasional? Gak tau. Menurut mereka rasional kok. Dan menurut Kang Jalal, ya itu kebenaran yang benar menurut mereka (halah, mbulet). Kalo gue, gue cuma kagum sama Kang Jalal. Di mata gue, orang yang bisa mengakui kebenaran versi agama lain tapi tetap meyakini bahwa Islam adalah yang paling baik (baca: paling benar), itu berarti tingkat keimanannya tinggi. Gue gak sanggup kaya gitu. Karena menurut gue Islam itu benar, maka yang lain salah tidak benar. Kalo gue mengakui yang lain benar juga, maka bisa-bisa iman gue goyah dan gue ganti agama. Tapi itu mah perspektif gue. Perspektif sebaliknya, seperti gue saranin di atas, silakan digugling.

Tentang Homoseksualitas. Teman Belanda gue suka mengejek kaum homo. Dan karena dia lucu (bukan lutu. yaah... lutu juga sih dikit. bronis yang jelas), kita jadi selalu tertawa dibuatnya. Tapi gue bilang sama dia bahwa di Belanda ini homoseksualitas legal, jadi dia tidak seharusnya begitu. Lah kalu di Indonesia? Apa mesti dirajam?

Dulu pernah ngebahas sama Ifan soal terminologi straight dan gay. Yang katanya lebih politically correct. Jadi mereka yang gay itu nyadar dong kalo mereka tidak lurus (definisi leksikal straight di sini)

[oh, gue lupa kalo Ifan pernah nulis agak panjang di sini]

Ini kenapa dibahas? Oh iya, gara-gara Irshad Manji. Bukan ad hominem.

Yang ini bukan tentang homoseksualitas tapi males bikin judul baru. Kemarin itu diskusi sama seorang teman. Orang Suriname. Pacarnya banyak. Dan kita membuat situasi hipotesis seandainya dia datang ke Indonesia dan seterusnya dan seterusnya sampai akhirnya dia mengajak gue menikah. Gue bilang,

"My mother would freak out."

Dan itu masalah budaya. Purbasangka. Mungkin rasisme. Maaf. Apakah orang Indonesia itu umumnya xenofobia?

"Okay, what about you then?"

"I believe I should marry someone with the same religion as mine, because marriage is not just about two people, it's a...,"
gue lupa kata apa yang gue pake untuk menerjemahkan "ibadah".

Tentang Mengenal Allah Lewat Akal. [oh, jadi inget Harun Yahya juga. silakan liat di sini]

Oh iya, judul bukunya Harun Yahya, Mengenal Allah Lewat Akal. Gak masalahin isinya. Udah lupa. Tapi itu yang gue pikirin. Allah harus bisa, dan memang bisa, dikenal lewat akal.

Sebenarnya ketika "ruang santai bercahaya", masa-masa diskusi teologi itu, dapet apa sih? Cuma m*st*rb*s* otak doang. Gak ngaruh ke solat gue, gak bikin gue tambah dermawan.

[tulisan usang gue]

Satu orang juga ikut berdiskusi sama gue dan si Suriname itu. Dan kita membahas takdir. Ah, ya. Teman gue yang lain itu, orang Indonesia, percaya mukjiizat. Gue enggak. Maaf. Tuhan tidak akan melanggar hukum yang Dia ciptakan.

Dan menurut gue, Tuhan yang menciptakan makhluk hidup dengan mekanisme evolusi jauh lebih keren dari Tuhan yang menciptakan makhluk hidup dengan seketika. Duh, bisa dirajam gue ngomong gini yak? :P

Tentang... Hmmm... Terakhir Deh. Temen gue yang orang Indonesia itu, ternyata punya perspektif yang beda sama gue tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dalam Islam. Dia yang lebih konservatif, seperti Islam melarang pacaran, misalnya. Dan yang lainnya seperti masyarakat yang berprasangka. Jadi kecampur-campur deh bahasannya.

Kemarin itu, gue ambil Presentation Skills. Karena garing ide, gue bikin presentasi ini. Pas bikinnya ada dua nuktah penting.

Pertama, adalah ketika mencari bahan, gue kesandung-sandung ke banyak halaman dan forum yang... yah, gitu deh. Cape. Tau ga, waktu gue nonton film yang bikin ribut itu, hal yang melintas di kepala gue adalah, yaah... kenapa sih ada orang-orang yang ngasih bahan sehingga film kaya gini bisa dibuat?

Kedua, gue percaya bahwa agama (Islam) itu sederhana dan tidak menyusahkan. Tapi gue gak yakin pesan itu nyampe dalam lima belas menit (ya iyalah...). Dan kitanya (baca: orang Islamnya) sendiri masih merumitkan yang sederhana. Menurut gue sih, seenggaknya.

[lagi, tulisan menarik dari Mas Harry Sufehmi, sayang baru kebaca sekarang]

Dan umat itu mudah sekali dibuat resah ya? Cape deh.

Kesimpulan. Untuk sementara, dalam lingkup Indonesia, menurut gue yang paling utama adalah semua orang harus dibuat pinter. Harus ngerti filsafat ilmu walopun ga harus apal ajian-ajiannya. Setelah pinter, silakan memutuskan mo jadi Islam kampung atau kota, liberal atau fundamental, atheis, agnostik, kristen, yahudi, apapun.

Obvious, isn't it?

[jadi lo ngerasa udah pinter ran? ]

Sidang pembaca, maafkan saya membuang-buang waktu anda untuk tulisan gak mutu yang nampaknya terpanjang sepanjang sejarah saya ngeblog.

Off me go.

[gue sedikit mengedit tulisan ini. gak biasanya si, tapi ada referensi-referensi yang sayang dilewatin]

13 komentar:

  1. "...Harus ngerti filsafat ilmu walopun ga harus apal ajian-ajiannya. Setelah pinter, silakan memutuskan mo jadi Islam kampung atau kota, liberal atau fundamental, atheis, agnostik, kristen, yahudi, apapun..."

    hahah bagus-bagus at the end gimana caranya biar orang pinter akhirnya berujung pada kesimpulan pengamalan filsafat ilmu di masyarakat ya :)

    Ngomong2 ttg gay akhirnya baru ngeuh kenapa mereka tidak diperkenankan untuk aktif dalam militer amerika.

    http://www.youtube.com/watch?v=aotlEpmAFVQ

    BalasHapus
  2. gays too precious
    LOL :))

    *like something comes out of a 'will and grace' episode*

    BalasHapus
  3. "Teman Belanda gue suka mengejek kaum homo. Dan karena dia lucu (bukan lutu. yaah... lutu juga sih dikit. bronis yang jelas)...."
    Siapa tuuuhhh...????
    Hahahhaahahahah...

    BalasHapus
  4. haha baturan maneh tah. ajakin cycling dong sebelum dia ke turki ;;)

    BalasHapus
  5. tapi ini tulisan paling rame mbak....dengan bahasa yang menakjubkan.pantaslah, ini pasti bener2 menuhin kepala.....

    BalasHapus
  6. Lagi mood berat yah? :p

    BalasHapus
  7. hehe, m*st*rb*s* otak gituh :D

    BalasHapus
  8. umm...jadi pendapat saya bahwa hasrat untuk menjadi gay itu adalah cobaan eksklusif/'tiket ke surga' gimana kira-kira?

    BalasHapus
  9. ran presentasinya uda ga bisa diliat euy..
    berhubung dirimu nampaknya senang membaca dan mencari-cari/riset, boleh minta tema presentasi gak? itung2 onani otak (kok ga dipake lagi sih istilah itu? kenapa ya?), temanya: "pengurangan pertambahan penduduk secara merata melalui kampanye sedikit anak: manfaat dan kemungkinan-kemungkinannya".
    makasii!

    BalasHapus
  10. jadi maksud lo jo, there's a better chance to go to heaven by being gay, oops, by having homosexual tendency? jadi bener dong, gays are precious :D

    btw, presentasinya dah bisa diakses harusnya. kemaren2 error di geocities-nya kayanya.

    kampanye sedikit anak? duh, geen idee, jo. tapi jadi inget satu joke dr mati ketawa cara rusia seperti di-posting di sini. eh dosen lo bukan tu ya?

    BalasHapus
  11. loe cuma takut 'geger budaya' macam ini terjadi ya ran kalo merried ama si suriname?

    rani : atos kang?
    sang suriname yang sedang konsen di toilet segera menjawab..
    suriname : uempuk, nduk! (sambil mendendangkan lagu stasiun balapan-nya didik kempot)

    BalasHapus
  12. Tapi itu yang gue pikirin. Allah harus bisa, dan memang bisa, dikenal lewat akal.

    Mungkin thread ini menarik untuk dibaca : http://listverse.com/religion/top-10-astonishing-miracles/#comment-87458

    Enjoy :)

    BalasHapus