Masalahnya adalah lagi-lagi gue gak bisa menuliskan apa yang gue pikirkan secara runut. Ga ada kerangka teoritis, ga ada metodologi. Tentu saja diskusi dan kesimpulannya berantakan. Oh, gue lupa. Ini bukan tesis. Tapi tetep aja, kalo guenya aja bingung, gimana lagi yang baca
Baiklah. Hanya remah-remah tidak penting. Film-filmnya Leonard, mau tidak mau, membuat gue mempertanyakan banyak hal. Misalnya ini.
Kenapa Rumidjah tidak boleh (bersalaman)?
-Agamanya berbeda.
(terjemahan bebas. audio-nya gak jelas )
Beberapa bulan yang lalu, gue nyaris menangis ketika bisa shalat di mesjid. Aneh rasanya. Lo memaknai banyak hal secara berbeda.
Kemarin, gue ke gereja St. Stevens di Nijmegen. Entah kenapa gue ngerasa sangat diterima.
Gereja ini adalah gereja oikumene. Mungkin itu sebabnya dia terasa sangat ramah.
Kalo gue ngomong Subhanallah di gereja, apakah gue termasuk kaum sepilis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar