299

Lebaran di negeri orang gini dalam banyak hal adalah sesuatu yang agak menyedihkan. Bukan cuma jauh dari keluarga, tapi juga kenyataan bahwa hari ini gak jadi sesuatu yang spesial. Kuliah tetep jalan, tugas tetep numpuk. Gak ada penurunan beban kerja. Gak ada cuti bersama.

Tapi dengan begitu gue menyadari bahwa Allah memang lebih kenal gue ketimbang gue mengenali diri gue sendiri.

Kamis malam (malam takbiran karena di sini lebaran Jumat), gue pulang dari Forum jam 9 malem. Abis menyelesaikan kerja kelompok yang sangat-sangat-sangat melelahkan dan banyak menimbulkan tekanan selama 6 minggu belakangan ini. Ampir ketabrak mobil karena lupa nyalain lampu (ups, gue mendramatisir, hehe. but it's possible). Di rumah terlalu capek untuk masak. Gak punya mi instan. Akhirnya mengenyang-ngenyangkan diri dengan 2 bungkus sup instan, baru ngelanjutin tugas.

Tugas? Lagi?

Begitulah. Akhirnya cuma sempet tidur tiga jam. Untung sempet nelpon ke rumah.

Dan paginya lanjut tugas lagi yang hampir bikin gue meledak.

Ketika lo menyerahkan tugas ke temen lo untuk direkap, lo harusnya menyerahkan tugas yang udah jadi kan? Gak berantakan, taut di mana-mana sehingga orang tau lo cuma menjiplak mentah-mentah dari sebuah situs. Dan lo tidak bisa mengutip dari wikipedia. Bukannya gue menentang wikipedia, gue menggunakannya setiap saat. Tapi lo gak bisa menggunakannya untuk makalah karena isinya berubah setiap saat dan tidak peer-reviewed (gue malas memadankan kata ini dengan bahasa Indonesia. ada yang punya ide?). Atau katakanlah lo emang cuma sanggup mengutip wikipedia, kutiplah dengan baik dan benar dan tidak dengan cara yang setiap orang bisa memeriksanya di Google dan menemukan bahwa lo cuma menyalin tanpa tau apa isinya.

Begitulah gue memulai pagi hari di hari lebaran. Pingin marah tapi ga tau siapa yang harus dimarahin (dan merasa tidak pada tempatnya untuk marah-marah di hari lebaran). Sampe sepuluh menit menjelang jam 8 ketika gue akhirnya berangkat menuju tempat shalat ied.

Dan lalu gue melakukan hal yang Rani Banget(TM).

Masjid ada di Nudestraat, sedangkan tempat shalat ied ada di Wijkcentruum de Nude. Dan bisa ditebak kan, gue mencampur-baurkan keduanya. Gue bolak-balik di Nudestraat nyariin mesjid, sampe akhirnya ketemu kakek-kakek dan nanya.

"Pardon Meneer, weet u de weg naar Wijkcentruum?" (jarang-jarang pake bahasa belanda ni. itu juga ngelatihnya dalam hati berkali-kali da takut salah tea, sambil berpikir bahwa kalo dia mulai nyerocos mampus aja gue)

"Are you a student? Indonesian?"
"Yes."

Terus dia mulai bertanya-tanya dan dengan bodohnya gue mengakui bahwa gue tidak mencatat alamatnya dst dst. Terus ada orang lain lewat dan dia nanya ke orang itu. Trus dia balik lagi ke gue.

"Dia juga tidak tau."

WAKWAWWW!!! Ternyata dia bisa bahasa Indonesia.

"Dekat mesjid?"
"Iya memang mau ke mesjid."
"Kenapa tidak bilang dari tadi. Ayo!"

Wakwaww kedua deh.

Akhirnya sampe di mesjid dan berpisah dengan si opa. Dan tentu saja mesjid sepi dong. Dan saat itulah baru terbaca SMS dari Atin yang sebenarnya terdengar suaranya ketika gue sedang ngebut menuju Nudestraat.

shlt id ny gak di msjd tp di wijkcentrum de nude, kortestraat no 1

GUBRAKKK!!!

Akhirnya sambil ketawa-ketawa sendiri (dan masih pake nyasar-nyasar sampe peta udah lecek banget di tas sepeda), akhirnya gue menemukan Wijkcentruum de Nude yang sebenarnya sudah gue lewati kira-kira pada jam yang sama dengan masuknya SMS Atin.

Ketukglingan itu membuat marah gue ilang disapu angin. Dan saat itu gue benar-benar merasakan bahwa Allah sayang sama gue. Bukan, gue bukan menyalahkan Allah karena gue nyasar, tapi justru gue ngerasa bahwa Allah tidak mengizinkan gue marah-marah di hari kemenangan.

Kadang-kadang gue ngerasa Allah melihat gue sebagaimana seorang ayah melihat anaknya yang bloon dan gemar mengulang-ulang kesalahan yang sama. Dengan sabarnya Dia menegur gue, bukan dengan kasar tapi dengan tepukan lembut di pundak gue. Seperti peristiwa jempol berdarah dulu itu, Dia menggelitik rasa humor gue. Dan itu spesifik buat gue. Maksudnya, Dia menegur orang lain tentunya dengan cara yang lain juga.

Begitulah.

Selamat idul fitri buat yang merayakan
Maaf lahir batin buat semuanya

Tuhanku
dipintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
-chairil anwar, doa