24 Juni 2005

Donate Your Candy

This is a common scene: belanja di toko swalayan dan dapet kembalian permen.

So what? Umm... buat YLKI ini jelas masalah karena "memaksa" konsumen "membeli" permen yang tidak diinginkan. Buat gue juga masalah. Gue gak terlalu suka permen. Dan yang ada gue jadi sering menemukan permen di tas atau bahkan dompet gue, sudah dalam keadaan gak layak makan. I know... it's gross. Masalahnya adalah gue suka menjejalkan uang kembalian dan secara permen-permen itu gak penting buat gue, yeah, gue lupa aja gitu sama keberadaannya.

Pernah ngalamin juga? Masa sih cuma gue aja! (hehe, maksa)

Just a thought, seandainya nih ada orang-orang yang gak suka (kembalian) permen kayak gue. Kenapa sih di tempat-tempat umum e.g. di deket kasir swalayan gak ada kotak penampung permen-permen yang tidak diinginkan itu. Sekedar untuk melengkapi perkeliruan di Indonesia lah. Ntar permen-permen itu kan bisa disumbangin ke SD-SD apa panti asuhan atau apalah gitu (cemen ya? yang cemen itu kadang-kadang penting buat orang lain lho). Yaa asal jangan diambil lagi sama kasirnya buat kembalian ;P

by cc to milis pustakalana

1 komentar:

  1. yeah, yg soal permen membusuk di tas itu gw juga sering Ran. tapi gw sering kepikiran, kalo misalnya permen itu untuk menggantikan uang kembalian Rp 25,- misalnya, nah, apakah gw bisa memakai 40 buah permen kembalian tsb untuk membeli coklat Suzana yg seharga Rp 1.000,-? kalo gak boleh, wah, ini berarti tidak adil! masak penjual boleh memperlakukan permen sbg duit, sementara pembeli tidak boleh!

    BalasHapus