Saya : "Emang siapa lo, adek bukan pacar bukan!"
Hamdan : "Oh jadi persahabatan kita selama ini gak ada artinya?"
(suatu sore di LFM)
Saya lagi senang mengutip teman-teman saya akhir-akhir ini. Menghindari tanggung jawab, hehe. Nggak ding. "Lagi senang" itu statusnya sama dengan "lagi senang makan mangga", "lagi senang nonton Friends", "lagi senang dengerin Peter Pan" (again, ada apa denganmu, Ndri?), nggak ada yang penting.
Gue lupa konteks percakapan di atas apaan. Cuma dari percakapan itu saya menarik kesimpulan:
1. What-so-called "persahabatan" itu ternyata geuleuh, ngga banget kalo diomongin. Mungkin karena;
2. What-so-called "persahabatan" itu bukan kata benda, tapi kata kerja.
Mungkin berawal dari lagunya Black Sabbath koleksi Pak Har yang diputer Bokut, suatu Sabtu siang di Prapanca (kalau ada satu lagi yang gue "lagi senang", "lagi senang menyitir lagu bapuk").
I feel unhappy
I feel so sad
I lost the best friend
That I ever had
She was my woman
I loved her so
But it's too late now
I've let her go
I'm going through changes
I'm going through changes
(Changes, Black Sabbath)
Cupu kan? Ozzy Ozbourne gitu loh.
Trus kemaren siang baca blog-nya mbak iit, saya jadi teringat lagi sama what-so-called "persahabatan" itu. (Naha asa teu nyararambung kieu nya?) Mmm...intinya adalah sebuah posting yang udah saya ketik 3 hari yang lalu tapi terus saya biarin aja membusuk, karena terasa terlalu cupu, terlalu sok romantis-melankolis, terlalu menye-menye. But here it is.
Di film-film kan suka ada tuh ungkapan, "Waktu gue pertama kenal, kayanya gue udah kenal dia seumur hidup gue." Umm, I don't know about that, rasanya belum pernah ngalamin yang sedramatis itu, walopun kadang-kadang ada chemistry waktu kita baru pertama kenal sama orang, eh? Tapi kenal dan "kenal" ternyata tidak selalu sama ya.
Katakanlah ada seorang kawan, gue pertama kenal di Bandung bulan September '98 (dalam satu sesi yang berkesan). Toh gue baru "kenal" dia satu setengah taun kemudian, suatu pagi di sebuah pojok Jakarta dalam sebuah obrolan ditemani cangkir-cangkir setengah kosong (atau setengah penuh?).
Atau teman yang lain, yang secara legal-formal gue kenal sejak taun 2000. Toh gue merasa "kenal" dia (itupun gak kenal-kenal banget, ternyata) baru setaun yang lalu, suatu malam bulan Juli 2003 sambil menyeruput teh panas di Gelap Nyawang.
Gue jadi berpikir, jangan-jangan gue juga gak sungguhan kenal rani yang gue pikir udah gue kenal selama 25 taun 224 hari. Jangan-jangan aslinya si rani bukan begitu. Mungkin gue harus ajak dia ngobrol sambil minum teh panas atau menghabiskan waktu di kedai kopi ditemani secangkir besar latte (sebelum dia bikin novel best-seller, hehe). Kok tulisan gue jadi tiru-tiru budi sih?
Kesimpulannya, cuma mo bilang, buat temen-temen gue, yang kenal gue, yang "kenal" gue, yang gue kenal, yang gue "kenal", makasih, buat norehin warna kalian ke kanvas hidup gue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar