26 Mei 2021

757

Gue pertama kali nonton Friends waktu SMA, pertengahan ’90-an lah. Tayangnya hampir tengah malam di RCTI. Waktu itu rasanya paling keren sedunia deh udah nonton Friends. Maklum anak SMA Lain-lain.
Seperti pernah gue tulis di sini, gue berevolusi bersama Friends. Dimulai dengan keren-kerenan, lalu nonton rame-rame bareng, yeah, friends, lalu ‘menjadi’ sedikit Monica, sedikit Ross, sedikit Rachel, sedikit Phoebe, sedikit Chandler, dan sedikit Joey di kehidupan nyata. Entah gimana gue bisa nyamain kehidupan gue sama kehidupan enam lajang kulit putih umur 20-an nan rupawan di New York City, tapi rasanya iya aja. 
Dan dari sekian banyak teori kenapa Friends segitu berhasilnya, yang paling bisa gue beli ya itu: kita merasa terhubung entah gimana sama karakternya. Friends juga ditulis sesuai dengan cara menulis komedi situasi yang baik dan benar (atau bisa jadi dibalik: cara menulis komedi situasi yang baik dan benar dicontohkan oleh Friends—saking teladannya sekelompok calon penulis berusaha mengikutinya ketika mengembangkan komedi situasi mereka sendiri di serangkaian malam-malam tanpa masa depan). Friends berhasil menjadi cetakan komsit nongkrong. Mungkin ada yang lebih lucu dan lebih cerdas di masanya (Seinfeld? Will and Grace?), tapi Friends mungkin yang paling… balans. 

Dalam rangka reuni halal bi halal Friends, atau sebenarnya karena kepingin aja sih, gue akan membahas satu pendahulu dan tiga penerusnya.
     

Living Single

Inget gak di tahun ’90-an dan sebelumnya, ada serial ‘putih’ dan serial ‘hitam’? Growing Pains dan The Huxtables. After school specials dan Fat Albert. Beverly Hills 90210 dan… Fresh Prince of Bel Air (mungkin bukan contoh yang tepat). Friends dan Living Single. 
Ya, Living Single juga bercerita tentang enam orang lajang umur 20-an di New York City, dan bagaimana mereka bergelut dengan karir, kisah cinta, dan pertemanan. Bedanya, di dunia Living Single, semua pemerannya berkulit hitam. Dan, oh ya, Living Single mulai tayang tahun 1993, satu tahun sebelum Friends. Bagaimana Living Single mempengaruhi bahkan mungkin dijiplak oleh Friends bisa dibaca di sini, di sini, dan di sini
Buat saya sih Living Single masuk kategori lumayan. Lumayan seru, lumayan lucu. Agak ketinggalan zaman (relatif karena semua komsit dari tahun ’90-an memang terasa ‘agak ketinggalan zaman’). Jujur gue merasa lebih terhubung sama Friends dibanding Living Single, mudah-mudahan bukan (tapi bisa jadi) karena gue rasis, tapi lebih karena gue menonton Friends pada saat yang tepat dan Living Single baru setahun yang lalu. Hal yang gue gak suka dan akhirnya bikin berhenti menonton sebenarnya terutama ini: bising. Hampir semua karakter ngegas ngomongnya, jadi lelah hayati.
 

How I Met Your Mother

Bahwa How I Met Your Mother adalah versi lebih baru dan lebih canggih dari Friends, bukan cuma kata si gue tapi mereka sendiri:

   

Penekanan di ‘lebih canggih’ sih. Kalau Friends adalah bagaimana komedi situasi harus ditulis, How I Met Your Mother adalah bagaimana komedi situasi harus dibongkar, diambil esensi kelucuannya, dan ditulis ulang dengan sejumput ganja dan setitik hiperbola.
 

Happy Endings

Kalau How I Met Your Mother ngece kebiasaan nongkrong di kafe-nya Friends, Happy Endings malah mengabsen karakter mana yang penjelmaan siapa. 


Happy Endings mungkin merupakan versi tepat-secara-politis-nya Friends. Ada karakter kulit hitam. Ada karakter gay (yang saking gak stereotipnya membuat Jack McFarland seperti karikatur). Yang membuat Happy Endings gak berhasil menurut gue adalah mereka membuat kotaknya terlalu kecil. Jane dan Alex kakak beradik. Alex meninggalkan Dave di altar. Jane, Alex, Dave, dan Penny berteman sejak kecil. Penny pacaran dengan Max sebelum Max mengakui dia gay. Brad dan Max mengikuti serial Real World yang gak pernah tayang. Entahlah, di Friends juga banyak cerita latar yang mirip, tapi di Happy Endings alih-alih menghela cerita malah membuat kehabisan napas.
 

Coupling

Coupling, katanya, adalah jawaban BBC untuk Friends. Tiga cewek, tiga cowok. Pertemanan, petualangan romansa, dan kekacauan. Nongkrong di bar bawah tanah. Kayak kenal ya. 
Coupling mulai tayang tahun 2000, bahkan ketika Friends masih tayang. Gue baru nonton musim pertama, tapi aslina bodooor. Biasanya serial Inggris, kayak The Office, lajunya terlalu lambat buat gue. Tapi Coupling pas aja.
 

How I Met Your Mother (Lagi)

Apakah How I Met Your Mother, yang mulai tayang tahun 2005, menjiplak Coupling? Entahlah. Buat gue, lucunya beda sih. Mungkin ada faktor lucu Amerika dan lucu Inggris, ditambah 24 episode per musim di Amerika memberi ruang yang lebih luas untuk ngembangin cerita dibanding enam episode per musim di Inggris. Tapi dua-duanya gue suka.


Dari sekian banyak jelmaan Friends, gak semuanya asik (New Girl, halooo) dan mungkin cuma How I Met Your Mother yang suksesnya sebanding. Jadi, apakah kita masih bisa berharap pada komedi situasi nongkrong, atau sudah saatnya pindah ke lain hati? 

2 komentar:

  1. hmmm jadi tergelitik untuk meneliti knp aku ga terlalu menikmati How I Met Your Mother

    BalasHapus
    Balasan
    1. yg kamu nikmati apa heidy?

      Hapus