01 Januari 2020

754

┏━━┓┏━━┓┏━━┓┏━━┓
┗━┓┃┃┏┓┃┗━┓┃┃┏┓┃
┏━┛┃┃┃┃┃┏━┛┃┃┃┃┃
Hapuskan Angkot Bandung
┃┏━┛┃┃┃┃┃┏━┛┃┃┃┃
┃┗━┓┃┗┛┃┃┗━┓┃┗┛┃
┗━━┛┗━━┛┗━━┛┗━━┛

Setelah bertaun-taun belain angkot Bandung1, akhirnya gue menyerah dan mengakui kenyataan bahwa angkot sudah saatnya dipensiunkan. Ya ngapain juga sih dipertahankan kalau khalayak tidak menghendaki.

Dibilangin: Jumlah mobil pribadi 40 kali lebih banyak dari angkot, belum lagi motor pribadi.
Khalayak: Dasar angkot, bikin macet aja!

Dibilangin: Jumlah angkot jauh berkurang karena karena kalah bersaing sama angkutan daring.
Khalayak: Dasar angkot, bikin macet aja!

Dibilangin: Taksi dan ojek daring mangkal sembarangan, mengokupasi taman dan trotoar dan bahu jalan.
Khalayak: Dasar angkot, bikin macet aja!


Mau dibenahin pun percuma. Dipasangin tv, dikasih wifi dan buku bacaan, dipakein interior mewah, dibikinin aplikasi… tetap tidak membuat orang mau naik angkot.

Terus gantinya apa? Bus kota? LRT? MRT? Ojol? Taksol?

Dua yang terakhir mah gak usah dibilangin ya. Pada prakteknya memang mereka yang menggantikan angkot. Walaupun ada indikasi era bakar duit akan memudar dan tarif bisa jadi akan memahal, angkutan daring masih akan jadi andalan hingga jangka waktu yang sulit ditentukan. Hanya perlu diingat bahwa sejatinya angkutan daring adalah kendaraan pribadi yang mengangkut penumpang2. Dari perspektif arus lalu lintas, tidak ada efisiensi layaknya angkutan umum yang memiliki jalur tetap dan keriuhan. Bahwa angkutan daring membunuh angkutan umum, yang kita rasakan secara intuitif, sudah terbukti dengan data di beberapa kota besar. Pada kondisi angkutan umum yang buruk saat ini di Bandung dan Indonesia pada umumnya, angkutan daring menjadi kontra-insentif bagi pemda untuk melakukan perbaikan3.

LRT, MRT, dan angkutan berbasis rel lainnya tentu ideal. Saat ini ada Kereta Bandung Raya yang sebenarnya memiliki jalur strategis, hanya saja penggunaannya belum optimal. Untuk membuat moda baru kekinian, tentu saja perlu modal besar dan kemauan politik. Solusi parsial seperti rute yang terpotong sepertinya kurang bermanfaat—dan pada kenyataannya tidak terwujud juga.

Bus kota adalah pilihan ideal selanjutnya. Saat ini ada sekitar selusin trayek bus kota di Bandung. Sayangnya ketepatan waktu, frekuensi, dan kedisiplinan naik-turun penumpang masih menjadi pekerjaan rumah besar untuk menjadikan bus kota sebagai sarana angkutan utama. Juga tidak semua jalan “utama” di Bandung dapat mengakomodir bus kota berukuran besar, apalagi jalur bus khusus yang steril. Untuk jalan-jalan berukuran sedang yang dominan di Bandung, bus ukuran medium (kapasitas duduk 20-30 penumpang) mungkin bisa digunakan.

Untuk jalan-jalan berukuran kecil (lokal, perumahan), seharusnya bisa dilayani dengan minibus berkapasitas 10-15 penumpang. Kapasitas yang kecil bisa dikompensasi dengan jumlah mobil yang lebih banyak, tentu disesuaikan dengan kepadatan rute. Rute tentu saja bergantung pada pola pergerakan masyarakat terkini, yang dapat dimutakhirkan sesuai kebutuhan4. Pengelolaan idealnya oleh BUMD yang disubsidi pemda, walaupun pengelolaan oleh pihak swasta juga memungkinkan selama masih berorientasi pelayanan. Namanya? Boleh Bandung Microtrans atau Kuriling Bandung atau apalah yang kekinian dan menjual. Yang penting bukan angkot. Omat nya. Bukan Angkot5.

_____________________________________
1 Untuk adilnya, saya memang punya privilese dengan hidup yang ramah-angkot: waktu menglaju harian yang tak lebih dari 2x30 menit dan sopir angkot yang saroleh.
2 Berdasarkan definisi berikut (cetak tebal dari saya): "Transportasi umum (dikenal pula sebagai transportasi publik atau transportasi massal) adalah layanan angkutan penumpang oleh sistem perjalanan kelompok yang tersedia untuk digunakan oleh masyarakat umum, biasanya dikelola sesuai jadwal, dioperasikan pada rute yang ditetapkan, dan dikenakan biaya untuk setiap perjalanan." Angkutan daring hanya memenuhi kriteria akses masyarakat umum dan dikenakan biaya. Hal yang sama berlaku untuk taksi reguler dan ojek pangkalan.
3 Contoh paling telanjang spektakulernya adalah ketika Dishub Bandung mewajibkan karyawannya menggunakan Grab ke kantor, yang kemudian tidak bisa dipenuhi bahkan oleh Kadishub-nya sendiri.
4 Rute angkutan umum Bandung yang sudah berusia puluhan tahun sangat genting untuk dikaji ulang. Dari contoh ala-ala seperti ini saja terlihat tumpang tindihnya rute angkot di Bandung.
5 Bukan Angkot Bandung disingkat... BAB. Jurus Tukul ternyata tidak selalu jitu di setiap kesempatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar