12 Mei 2013

698


Bismillahirrahmanirrahiim.

Setiap bulan di grup ada rapat tema, semacam seminar mini gitu. Topiknya bebas, selama masih ilmiah dan terkait produk berbasis biomassa. Minggu lalu gue presentasi tentang produk halal. Kepikiran presentasi tentang halal gara-gara waktu di Brazil, cuma gue dan Jurjen yang vegetarian yang ribet soal makanan. Marieke nanya tentang mungkin gak meng-implan gen halal ke babi biar babinya jadi halal (jawabannya tentu aja gak mungkin). Terus Marieke nanya lagi gimana kalo gue presentasi tentang biorafinasi halal (kayanya gue gak jawab, cuma ngeliat dia dengan mata membelalak dan pandangan menuduh "Lo mabuk ya?"). Tapi besoknya kita harus ngikut presentasi tentang GIS dan bioinformatika yang gue sungguh gak ngerti sama sekali, dan tiba-tiba kepikiran soal biorafinasi halal itu. Daripada ketiduran, gue mulai menyusun presentasi di kepala gue dan... sepertinya cukup masuk akal.

Seenggaknya waktu itu. Sungguh beda antara membayangkan presentasi di kepala dengan benar-benar mengumpulkan bahan-bahan dan menyusunnya jadi sesuatu yang bisa diterima oleh orang-orang yang awam atau pemahamannya beda banget sama kita. Ada tiga hal yang bikin gue kepontal-pontal jungkir-balik nyari referensi:

1. Susah banget nyari referensi yang gak cocologi tentang hal-hal yang diharamkan dari sudut pandang Islam. Udah gugling pake berbagai macam katakunci, cuma dapet yang macam begini.

Oh iya, 'uric acid' itu asam urat. D'oh.
Jadi kangkung haram dong.

Sebenarnya di negara-negara yang banyak penduduk muslimnya kaya Indonesia ada beberapa pusat studi halal. Tapi kalo liat topik penelitian dan publikasinya, kayanya masalah "kenapa haram"-nya udah selesai ga diutak-atik lagi. Dan itu membawa ke masalah kedua.

2. Susah banget nyari referensi ilmiah (artinya:jurnal) untuk hal-hal yang udah sangat jelas: alkohol bikin mabuk, darah mudah terkontaminasi, dst. Emang biasanya kalo nulis artikel pun, hal-hal yang udah jadi pengetahuan umum kaya gitu ga usah dikasi referensi lagi. Tapi konteks presentasi ini adalah menunjukkan dampak negatif dari sesuatu yang juga umum dikonsumsi, jadinya ga bisa gue cuma pake dalil "kita semua tau bahwa..."

3. Gue harus mempelajari referensi-referensi yang sama sekali bukan bidang gue. Setelah ketemu referensi-referensi yang mungkin nyambung, mulailah tugas membaca dan membaca. Yang macam biokimia gitulah masih bisa gue ngikutin. Soal kanker gue udah mulai sakit kepala. Begitu nyampe ke bagian pemingsanan dan penyembelihan hewan (ini isu penting banget di Eropa), pingin nangis gue rasanya.

Dan pingin jadi vegetarian juga, tapi lebih ke pingin nyerah aja dan nyari topik lain. Sayangnya udah terlanjur ngajuin topik ini ke Johan dan dia tertarik, jadi ga bisa mundur lagi.

Hal yang juga harus setengah mati gue lakukan dalam mencari referensi ini adalah menahan diri untuk tidak cherry picking. Bahasa Indonesia-nya apa ya? Maksudnya ga milih cuma referensi-referensi yang mendukung argumen gue dan mengabaikan yang menentang. Mungkin semacam cocologi juga. Godaannya besar banget, dan mudah-mudahan gue gak terjebak.

Dan... akhirnya tibalah saat gue harus presentasi. Alhamdulillah lumayan lancar, walaupun gue tetap gagal menjelaskan soal penyembelihan itu. Banyak diskusi. Hampir semua pertanyaan bisa gue jawab, kadang dibantu Jurjen dan Niek. Mudah-mudahan ini bukti gue gak cherry picking karena argumen-argumen cherry picking biasanya gampang dipatahin. Di akhir presentasi Johan bilang "Well done" dan habis itu kita ke Vlaamsche Reus hahaha.

Gue sempat ngebayangin cerita-cerita di novel-novel Islami gitu, di mana salah satu pemirsa begitu terpukaunya dengan presentasi gue, bahwa Islam itu ternyata sangat ilmiah, lalu tergerak mempelajari Islam dan akhirnya jadi muallaf :D Sayangnya sampe saat ini belum kejadian (liat tentang Vlaamsche Reus di atas). Tapi seenggaknya ada satu orang (Niek) yang bilang presentasi gue menarik, dan selama ini dia gak tau sama sekali soal produk halal, dan sekarang dia jadi ngerti kenapa itu diperdebatkan. Gue berharap yang lain, walaupun tetap minum, walaupun tetap makan babi, jadi bisa ngeliat sudut pandang gue. Paling engga itu aja deh. Sukur-sukur ngerti.

Buat gue sendiri, gue jadi lebih hati-hati sekarang. Semacam sempat panik karena kue apel HEMA ternyata mengandung E440 yang gue kira gelatin, padahal pektin :P Tapi dampak yang lebih besar ke gue sendiri gue rasain beberapa hari sesudah presentasi itu.

Ceritanya lagi ada acara minum-minum (kyaa... ini grup kerjaannya minum-minum aja) dan jus jeruk yang disediain panitia ternyata sudah kadaluarsa beberapa bulan(!)
Jurjen (J): Rasanya udah aneh.
Gue (G): Lo gak bisa minum dong. (Jurjen ini selain vegetarian juga gak minum)
Ruben (R): (ke gue) Lo gimana? Kalo ada buah yang udah disimpen lama, terus jadi alkohol, lo juga ga bisa makan.
G: (males jawab)
J: Tapi kan lo gak sengaja nyimpen itu biar jadi alkohol. Niatnya bukan itu. Semua ada di niat. Gue merhatiin nih Kamis kemarin (waktu gue presentasi).
R: Tapi kalo lo tau di situ ada alkoholnya, walaupun lo gak niat, lo jadi gak bisa makan kan?
G: Kenapa... dibikin jadi rumit begini?
Dan itu! Mungkin saat itu gue sendiri baru sadar. Gue mengakui (dan sungguh ini lebih gampang daripada sebaliknya) bahwa ada bagian dari agama yang gak bisa dibuktikan secara ilmiah. Dan justru bagian itu yang absolut. Tauhid itu absolut, dan itu yang namanya iman. Tapi ada bagian lain yang bisa dirunut dan dinalar. Bagian yang tidak seperti film Life of Brian di atas. Mempelajari bagian ini terkadang rumit, tapi setelah itu justru jadi mudah sekali. Setelah tau 'kenapa', jadi mudah dan ringan untuk sekedar membaca daftar kandungan produk dan memilih (sejauh yang gue tau) yang tidak ada kandungan haramnya.

Salah satu alasan yang gue ajukan kenapa babi haram adalah karena kekerabatan babi dekat dengan manusia. Jurjen nanya waktu itu, apa fakta ini udah diketahui Muhammad 1400 taun yang lalu. Jawaban gue tentu aja belum, tapi kami (muslim) percaya bahwa Al-Quran adalah kata-kata Tuhan. Gue pikir salah satu indahnya Al-Quran, yang mungkin dianggap cocologi sama orang-orang ateis/agnostik/skeptik adalah interpretasi Al-Quran bisa berubah sesuai pemahaman orang-orang pada zaman itu. Pemahaman orang abad ke-7 adalah babi membawa penyakit. Pemahaman gue adalah makan babi dekat dengan kanibalisme. Mungkin benar, mungkin salah, tapi gue mencari dan itu argumen paling masuk akal yang gue dapat saat ini. Dan untungnya masih ada Taruhan Pascal :D

18 komentar:

  1. emm, trus teh kenapa kita air liur anjing itu najis, sampe harus dibersihkan dengan cara khusus itu kenapa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak ilmiah sih, tapi berdasar pengalaman: Gw pernah ngurus anjing dan emang badannya lebih bau daripada kucing, baunya nempel di tangan kadang walau udah disabun juga, tapi begitu digosok tanah/ pasir, baunya hilang. Tapi gw kadang2 aja sampe tujuh kali sih, dan kalau lagi ribet buat ngambil tanah juga cuman nyabunin berkali2 aja. Terus juga banyak yg bilang kalau anjing itu ska makan kotorannya sendiri ( ini kata pengasuh2 anjing tapi gw gak inget apa pernah liat langsung), mungkin itu juga penyebabnya. Kalau kucing kan ngga, tapi rajin cebok sendiri jaid ya berkuman juga. Malah anjing gak suka mandi-cebok dengan menjilat2

      Hapus
    2. Eek juga najis (seperti air liur anjing) dan tiap hari semuanya menyentuh eek (pas cebok). Yang diajarkan ialah menjaga kebersihan ( ya bersihin tangan yang abis megang air liur anjing/eek). Menyentuh air liur anjing/eek tidak haram tapi bersihin setelahnya demi kesehatan.

      Hapus
  2. hehe... yang itu terus terang belum pernah nyari (kemarin cuma bahas minuman keras, darah, bangkai dan babi)

    dalil najis anjing itu dari hadis dan masih ada perbedaan pendapat. kalo untuk menilai fiqh gue ga punya ilmunya. kalo dari sudut pandang akal sehat si yang paling masuk akal yang najis itu kalo tempat makan kena air liur anjing dan harus dibersihkan. kenapa mesti pake tanah, karena dulu belum ada sabun (ini hadis ya jadi kontekstual). tapi ya sama kasusnya sama babi sih, belum tentu penjelasan yg rasional ini yg benar (plus banyak yg menajiskan anjing dalam segala bentuk kontak).

    ini ada yg ngeblog begini:
    "Untuk mematikan kuman tersebut, harus dengan cara ditaburi tanah atau debu yang dicampur dengan air. Cara ini terbukti berkesan berdasarkan kajian dan uni kaji makmal yang di masa Nabi SAW tidak ada. Suatu ketika, bekas Presiden Repulik Indonesia, Soekarno, pernah mengatakan bahwa pada zaman sekarang kita tidak perlu lagi menyamak, atau membasuh tujuh kali yang diantaranya dicampur dengan debu apabila terkena najis kelas berat.

    Menurutnya, cukup menggunakan sabun. Pendapatnya ditentang oleh para ulama Indonesia pada waktu itu. Para ulama tersebut meminta Presiden untuk melakukan eksperimen membuktikan mana yang lebih relevan; penggunaan sabun atau dengan debu. Maka dilakukanlah eksperimen dengan sampel dua benda yang telah dijilat oleh anjing. Satu di antara dicuci menggunakan sabun, dan yang satu lagi dibersihkan dengan debu.

    Setelah itu, kedua benda tadi diperiksa di bawah electron mikroskop. Hasilnya didapati bahawa, benda yang dibasuh dengan menggunakan sabun masih terlihat kuman dari hasil jilatan anjing. Sebaliknya, benda yang dibersihkan dengan debu sangat bersih dan terbebas dari kuman. Di sini, yang perlu ditegaskan kembali adalah, bahwa tolok ukur najisnya anjing dan babi adalah dimensi ritual menurut pandangan syariah, bukan dimensi akal."

    nah yang paragraf terakhir itu apa bener pernah ada eksperimennya? terukur ngga? ada kontrolnya ngga? maunya gue sih ada yang neliti beginian, tapi penting ngga sih ini sebenarnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. "Setelah itu, kedua benda tadi diperiksa di bawah electron mikroskop. Hasilnya didapati bahawa, benda yang dibasuh dengan menggunakan sabun masih terlihat kuman dari hasil jilatan anjing. Sebaliknya, benda yang dibersihkan dengan debu sangat bersih dan terbebas dari kuman. Di sini, yang perlu ditegaskan kembali adalah, bahwa tolok ukur najisnya anjing dan babi adalah dimensi ritual menurut pandangan syariah, bukan dimensi akal."

      nah yang paragraf terakhir itu apa bener pernah ada eksperimennya? terukur ngga? ada kontrolnya ngga? maunya gue sih ada yang neliti beginian, tapi penting ngga sih ini sebenarnya?"

      mbak kata temenku yang PhD kedokteraan hewan di CPH, dan dia dosen dr hewan IPB udah ada yang neliti ttg ini di IPB. tapi aku blom pernah baca jurnalnya. tapi dilabnya dia kerjanya. mungkin bisa mengontaknya.

      btw......ini kereeen!!!!

      Hapus
  3. winda kalo memang ada mau dong jurnalnya :p

    BalasHapus
  4. trus teh rani, nanya lagi, terkait dengan penyembelihan.

    teh rani nulis "...Begitu nyampe ke bagian pemingsanan dan penyembelihan hewan (ini isu penting banget di Eropa), pingin nangis gue rasanya."

    ini lebih karena praktek penyembelihan ala eropa lebih baik dibanding cara islam atau sebaliknya kah?

    BalasHapus
  5. tari, maafkan baru bales :P

    jadi ceritanya sejak awal taun 1900-an, penyembelihan secara langsung ketika hewannya masih sadar dianggap terlalu kejam. makanya di beberapa negara diwajibkan melakukan stunning (pemingsanan) sebelum penyembelihan.

    agama islam dan yahudi tidak mengenal stunning, jadi ada yg beranggapan daging hewan yang di-stunning terlebih dahulu itu tidak halal/kosher. di beberapa negara yg mewajibkan stunning, ada pengecualian untuk 'religious slaughter'.

    nah pengecualian ini yg sering diprotes sama pegiat animal welfare. bbrp taun yg lalu ada studi dr wageningen yg menyimpulkan bahwa hewan yg disembelih langsung akan mengalami rasa sakit lebih lama dibandingkan yang di-stunning terlebih dahulu. laporannya dlm bhs belanda tp ada summary-nya dlm bahasa inggris

    bagian ini sebenarnya yg di luar bidang gue banget. tapi kalo hasil baca2 sih beberapa catatan dr gue:
    - yg namanya penyembelihan itu ya mau digimana2in juga emang kejam.

    - quote dr laporan yg di atas "Furthermore, field studies have shown that neck cutting is often not adequately performed leading to additional attempts resulting in extra animal suffering. (...) During conventional slaughter procedures when a stun is performed correctly, the animals will be rapidly become unconscious and remain insensible during severance of large arteries in the neck or chest area and remain so until they bleed to death." jadi yg penting sebenarnya adalah jagal yg kompeten. emang kalo liat syarat penyembelihan dalam islam siapa aja orang dewasa boleh melakukan penyembelihan. tapi kan Rasulullah juga bilang serahkanlah urusan pada ahlinya.

    - trus bener gak sih kalo di-stunning itu hewannya gak menderita sakit sama sekali? prosedur stunning itu serem2 lho. stunning juga meningkatkan risiko BSE (sapi gila) dan pecahnya pembuluh darah.

    - kalopun iya hewan yg ga di-stunning menderita sakit lebih lama, bedanya sekitar 60-120 detik. gue ga bilang 120 detik itu ga layak diperjuangkan, tapi ya... bandingkanlah dengan seumur hidup hewan itu. kalo dia mengalami hidup yg bahagia, segitu pentingnyakah 120 detik terakhirnya? kalo hidupnya ga bahagia, well, mungkin sudah saatnya kita semua jadi vegetarian.

    - dan sebenarnya, AFAIK, stunning ga dilarang kok dalam islam. yg penting adalah dalam proses stunning, jangan sampai si hewannya mati atau malah lebih menderita.

    - dan ujung2nya yg penting sebenarnya labelling. ini kan yg sebenarnya dituntut sama situs yg lucu ini. kalo semua dilabelin, gue malah senang sekali :)

    BalasHapus
  6. Gw tuh suka bingung tentang artikel yang menuliskan teknik penyembelihan anu terbukti tidak menyakitkan hewan. Apa ada yang tahu pengujiannya itu gimana ya? Gimana bisa tau yang ini lebih baik dan tidak menyakitkan, apa bisa ngerasain apa yang dirasain hewan itu?

    Gw pernah ngedit video orang nebas sapi/kerbau di sumba, klo yang tekniknya bener itu cepet banget sapinya langsung jatuh dan lewat. Jadi sapinya berdiri, dan nggak nyadar kalo akan ditebas. Padahal kalo nonton acara Idul Adha kan rasanya susah banget, dibikin jatuh dulu, diiket. Itu pasti stress abiisss...

    BalasHapus
  7. Dimonitor gelombang otaknya sal. diliat metode mana yg paling cepet nyampe unconsciousness. Gw juga baca paper yg ngitung waktu kolepsnya si sapi dr kondisi berdiri empat kaki. Sebenarnya dengan penyembelihan langsung pun >90% koleps dalam waktu kurang dari 1 menit.

    Iya yg bikin stress itu sebenarnya diiket dan dijatuhinnya sih. Salah satu argumen pro-stunning adalah kalo di-stunning kan ga perlu diiket. Makanya sih kata gw yg penting yg nyembelih mesti yg ahli. Tapi kalo Idul Adha ada sunnah untuk nyembelih sendiri. Jadi... ya gw juga bingung si kalo gitu.

    BalasHapus
  8. Ooo baru tau. Kalo yang bilang doa sebelum menyembelih sapi itu mengurangi rasa sakit itu gimana mengujinya ya?

    Kalo sunnah nyembelih sendiri pas Idul Adha itu, dulu banget pas masih kecil gw mikir mungkin biar kerasa. Jadi kita mikirin apa yang kita makan itu pengorbanan makhluk lain. Tapi gak tau deh...

    Nyembelih hewan kan gak boleh ragu-ragu ya, takut kasian. Gw pikir kalo pemilik hewan kurban mau nyembelih sendiri tapi ragu-ragu, sepertinya dia bakal batal eksekusi sendiri, dan nyerahin ke ahlinya.

    Baca ini, pas lagi nonton ancient alien secara marathon dan ditambah nonton Contact, rasanya seru. Gw ama aji jadi banyak diskusi kahirupan akhir2 ini. Hahaha

    BalasHapus
  9. Selama lu baca jurnal penyembelihan, puasa berapa lama ran? Hehehe

    BalasHapus
  10. Selama lu baca jurnal penyembelihan, puasa berapa lama ran? Hehehe

    BalasHapus
  11. hehe ga pake puasa ndrey. soalnya buat orang yg ga bisa masak ky gue, masak pake daging itu paling gampang :P

    BalasHapus
  12. Hahaha, gimana kabar lu... sehat kah? Dah lama nggak dengar kabar loe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe sehat ndrey. sepertinya gue terkucil dari pergaulan karena ga punya smartphone ya hahaha. lo pa kabar?

      Hapus
  13. Alhamdulillah sehat ran, lagi mau persiapan lahiran anak gue yg ke-2...

    eh email lu apa sih? Reply ke email gue: andreycool@gmail.com.

    Btw emang dengan nggak punya smartphone jadi terkucil ya. Gue malah mau melepaskan smartphone, malah jadi annoying. Smartphone mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat...

    BalasHapus
  14. Alhamdulillah sehat ran, lagi mau persiapan lahiran anak gue yg ke-2...

    eh email lu apa sih? Reply ke email gue: andreycool@gmail.com.

    Btw emang dengan nggak punya smartphone jadi terkucil ya. Gue malah mau melepaskan smartphone, malah jadi annoying. Smartphone mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat...

    BalasHapus