Negeri Di Bawah Kabut, salah satu film terkeren yang saya tonton taun ini. Menggarisbawahi kata film dalam frasa film dokumenter. Dan membuat An Inconvenient Truth-nya Davis Guggenheim terlihat seperti propaganda Nazi (oh baiklah film apapun bisa membuat An Inconvenient Truth terlihat seperti propaganda Nazi).
Kemarin sutradaranya, Shalahuddin Siregar, berbagi pendapatnya soal film #dokumenter serta pengalamannya "membuat & mempertontonkan 'Negeri di Bawah Kabut'". Karena tak punya twitter dan cari-cari di google belum ada yang merangkum, ya sudah saya salin-tempel di mari. Semoga beliau-nya gak keberatan.
Yg paling menyebalkan adalah ketika bentuk dokumenter hanya dianggap sebagai bentuk media advokasi dan pembuatnya mesti aktivis #dokumenter
Seolah2 ada anggapan bahwa bikin dokumenter harus merubah hidup orang, terutama yang menjadi subjek / protagonisnya #dokumenter
Saya bukan aktivis & membuat dokumenter bukan u merubah hidup orang yg ada di film saya. #dokumenter
Kalau mau merubah hidup org, saya pilih jadi TUHAN. #dokumenter
Buat saya #dokumenter itu salah satu cara / bentuk untuk bercerita tentang sesuatu.
Sbg media audio visual, saya menempatkan #dokumenter sebagaimana film fiksi, sama-sama memakai bahasa film.
Kecenderungan #dokumenter dianggap sebagai bentuk aktivisme telah menghilangkan sisi artistiknya.
Bermain dengan ruang, cahaya, suara adalah hal yang jarang dieksplorasi dalam #dokumenter kita.
Kenyataan seolah2 harus direkam dengan mentah sebagaimana mata kita melihatnya. #dokumenter
Padahal by default film itu manipulatif. Kamera itu manipulatif. Editing itu juara manipulasi. #dokumenter
Dokumenter sering dianggap sebagai fotocopy kehidupan & si sutradara tdk boleh mengintervensinya dengan bahasa film. #dokumenter
Kata Herzog, kalau mau nonton kenyataan, tonton aja CCTV #dokumenter
Dokumenter punya kecenderungan menganggkat isu2 besar dng cara yg sangat pretensius yg menjadikan filmnya kering #dokumenter
'Negeri di Bawah Kabut' dibangung dari obsesi saya melihat relasi Muryati & Sudardi sebagai pasangan yg menikah tanpa pacaran #dokumenter
Saya selalu melihat Sudardi & Muryati di film 'Negeri di Bawah Kabut' sebagai satu kesatuan. #dokumenter
Saya juga terobsesi dengan relasi Arifin dengan bapaknya di 'Negeri di Bawah Kabut'. #dokumenter
Relasi antar manusia dan relasi antar manusia dengan alam adalah dasar cerita 'Negeri di Bawah Kabut'. #dokumenter
Sebab saya terobsesi memfilmkan hal2 yg sederhana seperti orang jatuh cinta, hubungan orang tua dgn anak. #dokumenter
Saya terobsesi memfilmkan hal2 sederhana yg ada di dalam diri kita yg tanpa sadar kita lupakan. Misalnya keluarga. #dokumenter
Itu tadi catatan dari pengalaman membuat & mempertontonkan 'Negeri di Bawah Kabut'. #dokumenter
Huhuu... kapan ya bisa bikin film lagi?
pasti gatel pengen punya akun twitter lagi.. mhihihihi
BalasHapushahah... peer pressure-nya belum separah waktu mau beli macbook :P
BalasHapus