08 Februari 2010

464

Melewatkan akhir pekan kemarin dengan membaca Dalih Pembunuhan Massal-nya John Roosa. Kalo mau egois, ternyata pelarangan buku ini menjadi semacam berkah tersembunyi buat gue. Membaca ulasan buku ini entah kapan, sempat berniat membaca (tidak selalu berarti memiliki), dan terlupakan sampai kemudian Kejaksaan Agung dengan genitnya melarang buku ini. Dan sebagai bentuk perlawanan atau entah apa, buku ini lalu bisa diunduh gratis di internet. Yap, gue membacanya dalam bentuk buku elektronik dan menamatkannya hanya dalam waktu dua hari tiga malam saja :D

Sebagai orang yang tidak pernah menonton tuntas Pemberontakan G3OS/PK| the movie, gue cukup kaget bahwa ternyata kronologis peristiwa versi orde baru itu begitu nyangkutnya di otak gue. Cukup untuk gue membatin, Lho bukannya gitu ya? Di lain pihak, sebagai penggemar teori konstipasi dan mendendam pada orba untuk alasan yang tidak begitu komprehensif, diam-diam gue berharap analisis Wertheim benar adanya. Menurut gue buku ini cukup berhasil, meminjam istilah Pram (oh, ironi), "adil sejak dalam pikiran" dan dengan demikian memberikan perspektif baru yang mencerahkan.

Gue suka cara Roosa menulis (dan, mungkin harus ditambahkan, cara buku ini diterjemahkan). Akademis namun tidak kering. Gue sudah berbulan-bulan membaca Geertz dan belum juga selesai, walaupun mungkin ini pengaruh terjemahan taun '80-an juga. Dan membaca dokumen PDF setebal 400 halaman ++ biasanya bukan metode favorit gue. Kalaupun ada kekurangannya, adalah kisah yang (terkesan) diulang-ulang, yang memang sulit dihindarkan karena ceritanya memang itu-itu saja dan Roosa berusaha membahas dari berbagai perspektif sebelum mengajukan analisisnya.

-njrit, gue baca buku ini serasa baca Agatha Christie, kenapa ulasannya garing gini ya?

2 komentar:

  1. benar2 seorang penggemar teori konstipasi...
    lebih dari 3 layer yang dipakai untuk mengelabui google menangkap post ini..

    big brother is really watching for sure.. isnt he?

    * tersasar ke sini entah bagaimana

    BalasHapus
  2. wakkss... masa sih? LOL
    hanya menghindari masalah yang tidak perlu, just in case big brother lagi hiperaktif

    *terima kasih sudah, ehm, nyasar?

    BalasHapus