23 Januari 2007

268

Apakah mesin punya jiwa?

Sebuah pertanyaan yang keknya posmo banget (halah! kayak yang ngerti aja posmo itu apa). Tiba-tiba gue inget film Kubrick, 2001: A Space Odyssey, di mana sebuah komputer (HAL 9000) menjadi "gila" dan mulai membunuhi para anggota misi ruang angkasa. Apakah mesin punya jiwa? Apakah dia bisa merasa sedih, gembira, terancam, jatuh cinta *halah* Jadi inget film lain, A.I., yang juga dikonsep Kubrick tapi disutradarai Spielberg. Apakah dalam artificial intelligence terkandung pula... jiwa. Ketika para ilmuwan berteori bahwa unsur-unsur kimia dalam "sup purba" bumi jutaan taun yang lalu bereaksi membentuk DNA, kapan jiwa masuk ke dalamnya. Kenapa jadi dalem begini? :P

Padahal cuma pingin bercerita tentang ponsel gue. Umurnya di tangan gue setaun lebih sedikit, tapi karena belinya bekas, entahlah berapa umur sebenarnya. Euforia gue ketika beli ponsel itu berlangsung lebih dari sebulan dengan alasan yang tidak jelas :D Seneng aja gitu.

Setelah ampir setaun, ponsel itu mulai bertingkah. Suka hang, dalam sehari bisa dua-tiga kali mati sendiri. Gue pikir penyebabnya adalah karena gue emang rada ceroboh sehingga dia sering jatuh-jatuh dengan alasan gak penting gitu. Diagnosis gue, casing-nya longgar. Jadilah pada suatu hari gue bela-belain ke BEC untuk nyari casing. Udah muter-muter, semua toko menawarkan casing+pasang dengan harga 60 ribuan. Padahal semua casing yang ditawarkan tampangnya cemen dan tampak ringkih. Huh, sudah mahal, jelek pula. Biar udah bocel-bocel dikit, casing ponsel gue kan masih orijinel. Jadilah gue pulang dengan tangan hampa *halah*

Eh, entah apa yang terjadi, besok-besoknya si ponsel gak mati-mati lagi. Segar bugar seperti sedia kala.

Apakah dia tersinggung karena casing-nya mau diganti sama yang palsu?

Ternyata bukan cuma ponsel gue yang bertingkah laku aneh. Adek gue dan (waktu itu) calon istrinya ngasih gue Al-Quran digital (disingkat AQD). Setelah gue pake beberapa saat, tentu saja batrenya abis. Gue charge, entah kenapa gak bisa-bisa. Padahal ampir seharian. Malah habis itu gak bisa dinyalain. Ya sudah gue minta adek gue memeriksakan ke penjualnya.

Adek gue bawa AQD itu ke temennya. Sang teman yang disinyalir tingkat keimanannya lebih tinggi itu mencoba menyalakan si AQD.

"Gak ada masalah tuh."

Dan sejak itu, emang gak ada masalah baik untuk men-charge maupun menyalakan.

Apakah penggunaan AQD berkorelasi dengan tingkat keimanan?

Tampaknya pertanyaan-pertanyaan itu tak akan pernah terjawab. Yang jelas kemaren-kemaren ponsel gue sempet mati-mati lagi. Udah sempet gue bawa puter-puter BEC lagi, bahkan sempet ta' ajak menimang-nimang EF-51 inceran yang harganya makin mendekati harga ideal gue.

Mudah-mudahan abis ini dia gak ngadat lagi :D

1 komentar:

  1. hmmm.....kadang percaya ato ngga, barang yg udah lama kita pake, bisa menyatu dg jiwa....kyk yg ada nyawanya....

    bisa ngerasain apa yg kita rasain....
    kebuktikan sm ponsel n qur'an digital elo...

    hehehe

    BalasHapus