11 Februari 2006

Ceritanya gue punya pacar nih. Ganteng cerdas baik hati ramah-tamah tidak sombong gemar menabung dan senang menraktir. Trus seseorang, yang sebenarnya gak begitu kenal sama pacar gue itu, punya anggapan jelek tentang dia. Dan sialnya si seseorang ini mengutarakannya lewat sebuah koran, sehingga seluruh dunia (yang baca koran tersebut) tau betapa jeleknya pacar gue itu, yang mana sebenarnya tidak demikian. Tersinggung dong gue.

Gue pikir gue butuh analogi seperti ini untuk memahami kenapa orang-orang bisa sangat marah soal karikatur Nabi Muhammad di harian Denmark. Gue pikir gue orangnya cuek dan berpikiran terbuka (dan gak segitu berimannya). Tapi setelah liat karikatur(-karikatur) itu, jujur aja, gue tersinggung. Marah. Sedih. Entah ini ada hubungannya dengan kecuekan/keterbukaan pikiran/keimanan atau tidak.

Tapi gak lantas gue mencari (membuat?) bendera Denmark untuk lalu diinjak-injak dan dibakar. Gue juga gak berhenti membeli produk Denmark... karena emang selama ini gak pernah merasa membeli. Ngomong-ngomong, produk Denmark itu apa aja sih? Apa gue harus bedah otak untuk menghilangkan dongen-dongeng Hans Christian Andersen dari kepala gue?

Kalo yang dicontohkan Nabi sendiri, sebetulnya kan bersabar dan mendoakan orang yang sudah menghina beliau agar diberi hidayah, begitu bukan? Tapi kita kan bukan nabi ya ;P

Waktu mau nulis ini ada beberapa ide yang melintas di kepala gue, tapi tadi sore kebetulan gue ngobrol panjang sama Hendi soal ini. Menarik banget karena sudut pandang Hendi hampir diametral sama gue, jadi obrolan kita kaya saling ngelengkapin gitu.

Kenapa menghujat Denmark?
Kenapa menghujat SATU NEGARA padahal yang bersalah hanya SATU KORAN? Buat gue ini rada gak logis. Apa iya pemerintah Denmark bersalah karena tidak memberikan sanksi pada Jyllands-Posten? Masalahnya mereka emang gak melanggar hukum kok. Kode etik iya, hukum positif tidak. Kalo pemerintah Denmark memberi sanksi kok malah kayanya melanggar hukum. Ngomong-ngomong di KUHPD (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Denmark) ada pasal "perbuatan tidak menyenangkan" gak ya? Mungkin seharusnya delik aduan, hmm...

Kan Jyllands-Posten udah minta maaf, kenapa masih terus dihujat?
Anggaplah pemuatan karikatur itu sebuah kekhilafan. Tapi Hendi ngasih analogi yang sangat nendang. Ini kayak efek Inul. Gara-gara Inul naek dengan goyang ngebornya, bermunculanlah goyang ngecor, ngelas, ngecat, dan lain sebagainya yang bahkan lebih seru dari goyangnya Inul. Ini juga sama. Gara-gara Jyllands-Posten memuat karikatur bermasalah itu, diributin, media-media Eropa (entah dengan alasan informasi, kebebasan pers, atau aji-mumpung-ngejar-tiras) rame menerbitkan ulang. Bablas.

Kan Yesus juga sering jadi "karikatur", entah dalam bentuk gambar maupun produk (katanya) seni lainnya?
Masalahnya adalah nilai "kita" dan "mereka" (sayang sekali, memang harus pake kita-mereka). Nilai-nilai mereka, kebebasan pers dan keagungan seni misalnya, mengizinkan mereka mengarikaturkan simbol mereka. Tetapi kali ini mereka mengarikaturkan simbol kita, yang bertentangan dengan nilai kita. Istilahnya kalo lo punya komputer terserah elo lo mau makenya gimana, komputer komputer elo. Tapi kalo lo pinjem komputer gue, lo harus tau kalo di komputer gue gak boleh buka dua puluh program sekaligus, gak boleh pasang game yang gak cupu, gak boleh nyimpen gambar jorok, dst.

Kenapa harus demo?
Biar puas kali ye... Anggaplah ini suatu bentuk solidaritas.

Tapi demonya banyak yang keterlaluan!
Coba baca ini. Mungkin terlalu keras tapi gue rasa ada benarnya.

Kalo boikot produk Denmark?
Mungkin sepintas gak adil untuk rakyat Denmark yang tidak bersalah, tapi anggaplah ini sebuah tekanan moral. Minimal nyintreuk lah. Toh Denmark gak bakal sampe jadi negara dunia ketiga ;P
Tapi... produk Denmark teh apa aja sih?

Kalo ini dunia yang sempurna?
Umat Islam akan punya lembaga yang representatif dan disegani, yang akan jadi juru bicara umat Islam sedunia. Kalo orang-orang Hizbuth Thahrir bilang ini namanya khilafah ;P
Gue pikir yang dilakukan SBY cukup bagus. Caur-caur gini kan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Seharusnya bisa ngebawa suara yang cukup disegani dong.
Tapi kalo dipikir-pikir di dunia yang sempurna gak bakal ada kejadian kaya gini ya ;P

PS #1: Makasih buat Imponk untuk tautnya.
PS #2: Makasih buat Hendi untuk obrolan serunya. Gila, dah lama banget kita gak ngobrol gini ya?
PS #3: Andai saja pria ganteng cerdas baik hati ramah-tamah tidak sombong gemar menabung dan senang menraktir itu ada... ;P

7 komentar:

  1. "....The cartoon crisis serves as a reminder that all hell may break loose in a world of intolerance and ignorance.

    The global community needs to cultivate democracies of freedom and tolerance - not democracies of freedom versus tolerance. It is tolerance that protects freedom, harnesses diversity, strengthens peace and delivers progress....."

    BalasHapus
  2. Mungkin karena protes keras (pake bakar2an) dan boikot adalah bahasa yang bisa dimengerti oleh Barat?

    Gue setuju bahwa harus ada langkah lain selain demo dengan kekerasan, tetapi kemarahan yang diungkapkan lewat demo2 tsb dapat dimengerti.

    Dalam gambaran besarnya, ada konstruk mengenai Islamophobia dan kekhawatiran ttg 'Benturan antar Peradaban'.

    Dari Wimar Witoelar (http://www.perspektif.net/english/article.php?article_id=273)

    "it's not about free speech, it is about boorish behavior and stereotyping. most people have no desire to kill Danish cartoonists. We just wish they would keep their racist attitudes inside their enclaves, and keep the bigots with them.
    Civilized people do not flare up sensitivities just to make a point. Take a tour around the world, and learn about real civilization."

    "what sri rejeki pointed out are obviously connected. how could anyone not see that? islamophobia. stereotyping. now that's the issue.

    "Don't want to admit the issue and instead talk about killing and murdering? Well hey instead of neighborhood vandalism or even drunk beach gangups, We have a much bigger problem, which is the continuation of genocide approved by governments.
    Governments who'd rather support cross cultural insults, spend money to mass-murder the innocent, than to apologize for something they admit is something bad.
    Picking on the poor and innocent.
    Simply bullies"

    BalasHapus
  3. gue baru baca ini kemaren
    http://www.republika.co.id/Koran_detail.asp?id=234779&kat_id=7

    tampaknya bagus, malah jd blessing in disguise (kaya 11 Sept bikin orang2 jadi tertarik mempelajari Islam)
    tapi mungkin efektif untuk tempat di mana Nabi Muhammad emang belum begitu dikenal kali ya?

    BalasHapus
  4. Di eropa atas, balkan, skandinavia mungkin Islam masih jadi terra incognita kali ya. Yang agak bawah, spanyol, prancis, inggris, mungkin sudah lebih banyak mengenal Islam, dari sejarah mereka sendiri, juga dari apa yang ada sekarang dan masalah2nya (termasuk juga: imigran gelap di inggris, kerusuhan di prancis, dll.). Aku pikir pertama kali mereka ngeluarin kartun itu, mereka gak ngira bakal ada reaksi sekeras dan semasif ini. Kalo contoh mereka adalah Yesus yang udah biasa dijadikan bahan guyonan. Mungkin mereka pikir, kalaupun ada 'protes' itu hanya akan dari segelintir orang Islam yang-mereka-sebut-ekstremis. Kalo itu benar, betapa tidak tahunya mereka tentang Islam. Paling nggak: tata krama nya.

    BalasHapus
  5. nice posting.. and interesting comments..! :)

    BalasHapus
  6. produk Denmark tentu saja adalah... LARS VON TRIER. dan Abang Sporty tentu saja punya 'kenangan manis' dengan salah satunya filmnya dengan berkata ke Seorang-Alumni-LFM-Yang-Keren-Banget, "Mas, kemarin barusan nonton film Lars von Trier tuh..." dan wakwaaooo... biggrin hehe, peace Bang, peace!

    (love u miss u deeh..)

    BalasHapus
  7. Aku punya pacar....
    Pacar sepermainan......

    BalasHapus