Sebuah SMS melemparkan saya pada melankoli. Melankoli yang rasa-rasanya bukan masa lalu, tapi mungkin juga masa lalu. Mungkin saya lagi sensitif. Seperti ketika tadi malam saya nonton lagi Dancer in The Dark dan berurai air mata. Tentu karena filmnya bagus sekali (bukan begitu saudara Soe Hok Gar dan Abang Sporty?)
Kadang-kadang satu langkah rasanya berat. Apa saya ada di masa lalu? Apa saya diam saja? Apa saya sudah melompat tapi saya gak sadar? Atau—lebih parah lagi—apa saya tidak bergerak ke mana-mana tapi saya tidak sadar?
tapi kata mas-arya-gunawan-yang-udah-pernah-ke-cannes-dan-ketemu-lars-von-trier, ndak itu... tapi, tapi, hiks..hiks..hiks..aku tersentuh...:p
BalasHapus