Kenapa ya hari ini, eh, kemaren (will I be stucked in this pattern--hari Sabtu yang sangat melelahkan, ketiduran dan kelewatan AFI, dan bangun jam dua pagi--forever?) gue kedempet-dempet seharian? Hehe... hiperbolis sih. Just twice, tapi karena pagi sama sore jadi kerasa seharian. Pagi-pagi ketinggalan KRL dong, jadi naek lansam. Gue udah bertaun-taun tuh gak pernah naek kereta bombay, until last Thursday (mmm, this is another what-so-called adventure journey, kapan-kapan gue cerita). Tapi itu kan malem, gak terlalu rame. Tadi, eh, kemaren pagi tuh gue ampe bingung, naeknya gimana? Mana berentinya cuma sebentar lagi. Tapi tadi tuh relatif "gak penuh" sih. At least masih ada yang nawarin gue duduk(!)
Talking about "penuh", sore-sore dong naek AJA Kampung Melayu-Cimone. Edan, itu mah nyaris gak bisa masuk in metromini way tea, stuck di tangga. Tapi akhirnya bisa rada ke dalem juga. Percaya deh, naek bis ini sambil bediri (dan tentunya naek bis-bis laen yang se-rute), you'll feel a little sensation of riding a roller coaster waktu naek ke jalan layang. Hihi... atau gue aja yang kampring yak? Tapi kalo naek mobil biasa gak pernah tuh.
Just heard about an old pal, stelah lebih dari setaun gak ada kontak. Gak ada yang penting sih. It just, he used to be one of my closest friend. Gue tau dia lagi punya masalah sama seorang temen gue yang laen, but it's got nothing to do with me. He's got my handphone number (I know someone did give him my number, ntah kalo ilang--it's so like him), he's got my email address (atau jangan-jangan dia ngimel ke account gue yang bapuk?). Gak tau deh. Dan akhirnya, mungkin, gak peduli juga.
Gue cuma takut gue tidak cukup jadi temen dia in his hardest time (or what I assumed as his hardest time). Karena gue sendiri lagi punya masalah waktu itu, which is ironically the opossite of his. I don't know if it's a guilt leads to ignorance or an ignorance leads to guilt.
Nyadar gak, posting ini banyak banget dalam kurung-nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar