31 Oktober 2011

627

Waktu tak sengaja tersandung tulisannya mpokb tentang pepaya california ini, saya terkejut sejadi-jadinya.

Pertama, kok bisa-bisanya ada pepaya bermerk? Setau saya pepaya itu buah paling murah sedunia. Waktu masi jadi komuter Serpong-Jakarta dulu, kelas-kelas kereta bisa diidentifikasi dari buah-buahan yang dijual di dalamnya. KRL eksekutif resminya sih gak boleh ada yang jualan, tapi kenyataannya ada aja kadang-kadang yang nyelonong. Yang dijual bisanya buah-buahan rada mahal kayak anggur tanpa biji dan apel impor. Di KRL biasa (dulu belum ada AC ekonomi), jualan standarnya mangga dan jeruk. Ini juga kadang-kadang ada di KRD ekonomi yang rutenya dari Rangkasbitung. Tapi yang paling melarat ya itu, pepaya. Maksud gue, pepaya tu kan berat ya? Dan ditawarin keliling-keliling. Dan harganya kek cuma dua ribu perak gitu. Dan gue gak beli pulak, cuma ngomong doang :(

Kedua (kembali ke topik), pepaya california??? Gusti nu agung, kenapa pepaya aja mesti dari California sih? Saya haqqul yaqin kalo food miles itu cuma mitos adanya, tapi dengan argumen begini. Kalo lo tinggal di California, dan mencoba menanam pepaya sendiri, itu lebih tidak ramah lingkungan ketimbang lo mengimpor pepaya dari Indonesia. Kasus sebaliknya tidak berlaku.

Etapi ternyata... pepaya california téh ternyata bukan dari California. Pengembangnya adalah Profesor Sriani dari ITB, dan nama aslinya adalah pepaya callina. Yang ngasi nama california itu pengusaha supermarket. Aduh, naha atuh Bapa? Da upami namina california mah abi moal mésér.

#Dan ternyata pepaya ini sudah mulai populer sejak tiga taun yang lalu. Euh, ka mana waé?
##Gambar dari sini

4 komentar:

  1. punten..blog walking..:)
    sekarang ada juga pepaya Hawaii, juga katanya bukan dari Hawaii :(

    BalasHapus
  2. ada yg bilang dari hawai, ada yg bilang hasil rekayasa IPB juga. sebenarnya kalo aslinya hawaii tapi yg nanem petani lokal si ga pa2

    BalasHapus
  3. sama ran kaget waktu pertama liat di pasar,sebel meni gedang2 wae ngimpor ti amerika,pikir teh..

    BalasHapus
  4. bukannya kalo (beneran) impor teh malah curiga ga segar ya? strategi pemasaran yg aneh atau selera orang indonesia yg aneh?

    BalasHapus