21 Juni 2010

488

Minggu Pagi di Victoria Park dan Sabtu Sore di Paris van Java

Gue menonton 'Minggu Pagi di Victoria Park' tanpa ekspektasi tinggi, bahkan cenderung skeptis. Bukan apa-apa, gue mengenal Lola Amaria dari film-film Aria Kusumadewa. Walaupun gue menganggap Aria adalah sutradara yang prinsipil, bukan berarti gue harus suka kan? Gue juga tidak menonton film pertama Lola sebagai sutradara karena judulnya, Betina, terasa sangat berbau Aria tendensius. Suasana hati akhir-akhir ini membuat gue lebih tergerak untuk menonton film-film berondong jagung saja.

Untunglah ada LSC yang membuat gue berubah pikiran. Karena dia tidak membahas kegantengan Donny Damara siapa-siapa, ketika dia menganggap Lola sebagai sutradara yang penting (sebagai antonim dari, uhm, gak penting), gue cenderung mempercayainya.

Awal film ini, deretan puluhan tempat tidur di sebuah asrama PJTKI, udah memikat gue. Ungkapan 'Mentang-mentang sebutannya pahlawan devisa, terus kamu berharap dihargai sama negara?' memang terdengar terlalu sok retoris sih, tapi gakpapa deh. Lalu cerita dengan efektif bergulir ke Hongkong. Titi Sjuman dicumbu seorang pria di bar. Donny Damara datang marah-marah. Kita mengira dia adalah pacar pencemburu, ternyata bukan.

Lalu Lola terlihat mengejar-ngejar seorang anak kecil di tengah keramaian lalu lintas. Kembali ke apartemen, majikan prianya tiba-tiba datang ketika Lola sedang mengeluarkan brokoli dari kulkas. Kita sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata si majikan hanya minta dibuatkan teh.

Film ini membuat gue menyadari bahwa tidak perlu mencari cerita ke antah-berantah. Cukup ke Hongkong Maksud gue, cerita film ini gak rumit kok. Tapi dengan cerita yang 'biasa' ini, penulis skenario Titien Wattimena justru bisa menampilkan cerita-cerita 'sampingan' yang membuat kita manggut-manggut. Tentang betapa orang-orang Indonesia di luar negeri itu jadinya seperti saudara (termasuk jadi terlalu ikut campur urusan orang lain). Tentang praktek lintah darat legal. Dan seterusnya. Lola berhasil membawakan cerita(-cerita) ini dari sudut pandang yang setara (meminjam istilah LSC, realistis). Tidak sinis, tidak pula empatik berlebihan. Maka penampilan Kangen Band pada penutup, misalnya, sungguh menjadi icing on the cake.

Mengingat permasalahan TKI yang sangat beragam, film ini tak pelak melakukan sejumlah penyederhanaan. Orang jahatnya, selain pacar-pacar pengeretan, adalah lembaga pemberi kredit yang bernama—tentu saja—Supercredit. Film ini juga dengan informatif menunjukkan bagaimana rupa sebuah PJTKI yang baik dan benar, serta cara mengirim uang ke Indonesia melalui BCA (diterima saat itu juga, cukup dengan KTP dan PIN). Dan gue menganggap adegan Lola pacaran di akhir film agak sia-sia, selain untuk menunjukkan Hongkong dari laut dengan pose ala Titanic.

Sejak awal gue menyadari bahwa Lola mendapat tim yang hebat. Selain Titien, ada Yadi Sugandi yang berhasil menampilkan gambar-gambar yang kuat dan 'bicara'. Tata musik Aksan Sjuman dan Titi Sjuman pun tak kalah juara.

Dan tentunya, film ini lulus tes Bechdel dengan gemilang. Keren, Lola!

* * *

Paris van Java (yang tentunya seharusnya ditulis Parisj Parijs van Java) adalah salah satu pusat perbelanjaan favorit warga ibukota Bandung yang cukup gue sukai, seandainya saja tidak demikian ramai dan musolanya lebih memadai.

  • Baru tau kalo di PvJ ada HEMA. Baru saja beli kaos kaki wol di Twig House dan gue menolak membeli kaos kaki yang lebih mahal dengan alasan 'Kalo harga segitu mah ntar aja sekalian beli di HEMA. Ih, dibahas!
  • Di Duta Suara, nyari CD-nya Dira, dapetnya Indro (hahaha, maaf roaming)
  • Masih di Duta Suara, menemukan DVD asli In View. Berhubung DVD bajakan gue sudah tak bisa diputar sama sekali, sudah nawaitu mo beli kalo nemu DVD aslinya. Tapinya doong, 185 ribu rupiah saja. Oh, dilema :(

5 komentar:

  1. kesimpulan : MPdVP layak tonton nih? :p

    btw, nulisnya parisj ya.. bukan parijs?

    wah.. CD-nya dira belom ada? Indronya bagus ngga? *duh duh.. tergoda*

    BalasHapus
  2. nah.. kalo kayagini gua lebih ngerti bacanya.. hihihihi...

    penasaran juga sama filmnya Lola itu.. dan baru tau kalo udah main..

    BalasHapus
  3. @danti: oops, typo. mo betulin malah salah :P

    iya, layak tonton, bgt. cukup menghibur (i.e. ga kaya filmnya aria hahaha) tp ga kacangan juga

    BalasHapus
  4. @vira:
    gue juga seneng nulisnya :D

    BalasHapus
  5. yang jelas ada titi sjumaaannn.. she's very adorable!! :D

    BalasHapus