20 Mei 2009

429

Angels and Demons (2009)

'See this popular party's symbol? We can see its rudimentary form by marking the edges, and draw lines like this. It will form a hexagram, which consists of two equilateral triangles. This is a very ancient symbol. We know it as...'

'Star of David!' Vittoria gasped.

'Exactly,' Langdon nodded. 'Star of David, the icon of the Jewish.'


Owkey... dialog di atas memang cuma karangan saya. Dan no offense untuk orang-orang yang bersungguh-sungguh mendedikasikan hidupnya untuk meneliti simbol dan tanda. Tapi pahlawan kita bersama, Robert Langdon (Tom Hanks) dalam film Angels and Demons benar-benar mengingatkan saya pada othak-athik gathuknya para penggemar teori konspirasi. Ooh... lambang Indosat mirip lambang Yahudi. Ooh... lambang Coca-cola sebenarnya dari kalimat "Laa Muhammad, laa Makkah". Ooh... coba lipat uang 20 dolar, akan keluar gambar gedung kembar terbakar.

Dudududu...

Di awal film ini, seorang ilmuwan dibunuh di sebuah lab supercanggih di Swiss. Matanya dicongkel untuk dipakai masuk ke ruangan yang dilengkapi dengan sensor retina. Kalo saya yang menemukan mayatnya, kayaknya saya bakal butuh waktu beberapa hari curhat pada seorang psikiater ganteng untuk menyembuhkan shock. Tapi Vittoria Vetra (Ayelet Zurer), bio entanglement physicist super seksi di film ini, dalam beberapa jam sudah berada di Vatikan.

Kenapa Vatikan?

Karena barang yang dicuri dari ruangan bersensor retina itu, sebuah tabung berisi antimateri, ternyata disembunyikan di Vatikan.

Again, kenapa Vatikan?

Vatikan saat itu sedang dalam suasana duka cita karena Sri Paus baru saja meninggal dunia. Para kardinal dari seluruh dunia sedang berkumpul untuk memilih Paus baru. Meanwhile, si pencuri tabung antimateri tersebut di atas juga sukses menculik empat orang preferiti, calon kuat pengganti Paus, dan mengancam akan membunuh mereka satu per satu. Karena para pencuri-garis-miring-penculik itu mengaku berasal dari Illuminati, organisasi rahasia yang sejarah masa lalunya merepresentasikan pertentangan antara gereja dan ilmu pengetahuan, maka Robert Langdon sang simbolog terkenal dipanggil dari kolam renang Harvard. Dan tentu saja Vittoria dibutuhkan untuk menjelaskan secara tidak sengaja bahwa antimateri juga dikenal sebagai partikel Tuhan dengan kandungan energi luar biasa besar.

Selanjutnya, Langdon dibantu Vittoria berlari-lari keliling Roma, berusaha menyelamatkan para kardinal sembari memikirkan di manakah si antimateri, yang jika baterai penyangganya habis tengah malam nanti akan menjelma menjadi sebuah bom yang menghancurkan sanggup Roma. Di tengah ketegangan itu, terkadang saya juga jadi ingin ikut berlari... pulang.

Siapapun akan sepakat bahwa mengadaptasi sebuah novel ke film bukan perkara mudah. Terlebih novel macam Angels and Demons yang... hmm... saya lupa sebenarnya seperti apa novel ini. Yang jelas cukup membosankan dan mengandung sejumlah kesesatan nalar (ehm...) ala othak-athik gathuk di atas. Kelemahan ini bukan saja terbawa pada filmnya, tapi mungkin bahkan lebih parah karena mau tidak mau film ini tidak boleh lebih panjang dari 138 menit. 138 menit saja pantat saya sudah gelisah.

Kalau dulu saya setengah bercanda menyarankan agar Woody Allen yang menyutradarai Da Vinci Code, kali ini saya setengah serius berharap Ron Howard digantikan Woody Allen saja. Sejak kepala Swiss Guard berkata sinis 'Oh, the symbologist is here,' sudah nampak petunjuk sangat serius bahwa film ini akan menjadi karikatural. Stellan Skarsgård seperti dicap di jidatnya, 'gue-bakal-bertingkah-nyebelin-dan-mencurigakan-tapi-bukan-gue-lho-penjahatnya'. Salut pada bapak-bapak polisi yang mau melawan perintah atasan ketika Langdon berteriak mengusik hati nurani mereka. Dan tak lupa scoring yang luar biasa cheesy.

Ok, film ini bukannya tak punya kelebihan. Setidaknya film ini bisa meng- capture Roma dengan cantiknya, walaupun peta Roma yang dicoret-coret Langdon suspiciously sangat mirip dengan peta gratisan di youth hostel. But seriously, bayangkan Woody Allen sebagai Langdon (plus sutradara tentu saja). Penelope Cruz sebagai Vittoria (Scarlett Johanssen juga boleh, tapi tentu saja dia harus jadi Victoria yang warga Amerika). Ewan McGregor dan Stellan Skarsgård boleh stay, tapi Nikolaj Lie Kaas harus rela diganti sama that British hunk di Match Point dan Bend It Like Beckham (siapa ya namanya?).

Saya janji bakal nonton deh.





PS:
1. Gambar diambil dari sini dan sini. Bintang diculik dari sinema-indonesia.
2. Ngomong-ngomong, gue gak menjelaskan antimateri itu apa ya? It doesn't matter :D
3. I know, I know, gue sudah cukup banyak mencela film ini di fesbuk. Tapi gue lagi kangen sinema indonesia, dan ini film jelek yang terakhir gue tonton.

9 komentar:

  1. Cerita teka-teki dengan hint elemental symbols kok sepertinya basi ya? Gabungan Avatar dan The Fifth Element? Ntahlah, saya sendiri tak suka karya2 Dan Brown sih. Ntar kalo novel triloginya (The Lost Symbol) kelar pasti bakal difilmkan lagi. Feh...

    Kapan ya Tomb Raider jadi film lagi? Kalo bisa pake skenario adaptasi dari gim saja. ^^

    BalasHapus
  2. - british hunk itu Jonathan Rhys Meyer. (Nikolaj Lie Kaas itu yg mana?)

    - nice opening, me likey (post elo ini maksudnya Ran)

    - hm, untung gw nggak baca bukunya, jadi asik2 aja nontonnya, pantat gw betah sampe akhir. Tapi memang nggak sampe bikin gw ngebahas abis nontonnya (baca: nggak berkesan dalam)

    - yes, Ewan McGreggor definitely stays. Gak peduli tom hanks dan si cewek itu diganti siapa, yg penting bang Ewan stays :P

    - anyway, my fave scene: waktu bang Ewan udah GR pas dipanggil dari rumah sakit oleh bapak2 gereja itu, trus..tanpa pake kata2, cuma mimik doang, terjelaskan.. :D

    BalasHapus
  3. @jensen:
    Dan Brown itu kayanya baca satu=baca semua deh :D

    Basi atau engga relatif, tapi perasaan di sini tebak2annya agak2 pointless ga penting gitu. If I were an assassin, I'd make sure no one can trace me. Gak ninggalin petunjuk puisi abad pertengahan. d'oh...


    @vira:
    - Nikolaj Lie Kaas itu pembunuhnya. kok setelah 3/4 film gue ngerasa dia ganteng ya? *ga objektif*

    - yeah... ampir semua review yang gue baca bilang ini lebih bagus dari Da Vinci Code, tapi kok gue lebih enjoy DVC ya? mungkin karena pas nonton DVC ada temen nyela2 :D

    - ah ya, gue semakin cinta Ewan McGregor (apapun filmnya) :D

    BalasHapus
  4. ran, Nikolaj itu dari awal pun udah gw bilang ganteng *it's ok to be subjektif, kita kan manusia* hahaha

    BalasHapus
  5. berarti setelah 3/4 film tu TELAT ya :D

    BalasHapus
  6. orangketiga21/5/09 21:07

    makanya aku keukeuh, penyamaan ES Ito dengan Dan Brown adalah penghinaan buat ES Ito. :D

    BalasHapus
  7. btw, iya juga sih, gw heran selama nonton itu.. kok penjahatnya naif banget sih mo bunuh2in orang tapi pake 'rumus' gitu sehingga bisa dilacak. Kenapa nggak random aja?

    BalasHapus
  8. Hahaha, kekangenan lo sama sinemaindonesia ternyata produktif juga Ran.. Lucu, lucu pembukaannya. Tp masih berani ke Salman lo abis ini? :D

    Belum nonton filmnya, jadi gak berani ngritik. Nanti ke Jakarta cari DVD bajakannya deh :p Tapi gak berani berharap banyak deh, mengingat DVC... Eh, btw Robert Langdon udah potong rambut belon tuh abis DVC? Gak nguatin.

    ES Ito? Seriously, Fun? :p

    BalasHapus
  9. @e-fun:
    penghinaan buat ES Ito... touche :D

    nah itu... gue teringat Negara Kelima yg teka-tekinya agak2 pointless gitu. padahal ES Ito sudah moved on, masa Dan Brown di situ2 aja *dilempar novel*

    @wildy
    huahaha... itu PKS bukan dari gue lho aslinya
    http://tinyurl.com/qlnznl

    ternyata susah banget nulis pake gaya orang laen. influenced is one thing, writing in a totally different style is another thing

    langdon udah potong rambut kok. in their desperate attempt to find something good from this movie, that's the second thing pointed out by many reviewers :D

    BalasHapus