10 September 2008

361

Kira-kira dua setengah minggu yang lalu, gue duduk-duduk sama Mba Vivi di lantai bawah Forum, nemenin Merry, Mba Niken, dan Mba Cia yang lagi nunggu kejelasan nasib dari CSA. Karena cuaca (di luar) dingin menggigit, gue membeli secangkir coklat panas produk mesin Douwe Egbert dan mulai menyeruput sambil sesekali menjawab pertanyaan ini-itu. Hehe, sotoy aja. Kan senior.

Setelah beberapa saat, seorang mas-mas berambut coklat dan muka bersahabat menghampiri kita. Dia bilang dia bertugas mengantar mahasiswa baru ke WICC, karena saat itu belum ada apartemen yang kosong. Segala koper dan uba-rampenya masi numpuk di tempat Mba Adian di Hoevestein, tapi mas-mas itu tidak keberatan mengantar ke sana. Dia belakangan kita tau namanya Joost, baru menyelesaikan bachelor-nya di jurusan geografi kalo ga salah, sehingga secara resmi termasuk spesies brondongjuga ga keberatan kalo gue dan Mba Vivi ikutan, sekedar menunaikan tugas kita sebagai penjemput dan menemani kalo-kalo mbak-mbak yang baru datang ini butuh bantuan.

Jadilah kita rame-rame ngikutin Joost. Gue menyambar jaket gue dan cangkir coklat, lumayan, isinya masi setengah gitu. Tapi dasar geradakan, si coklatnya melompat keluar cangkir. Sebagian tumpah ke jaket gue... yang warnanya putih dong. Tapi gue buru-buru kabur karena sebagian coklat itu menetes ke lantai, dan mas-mas di resepsionis udah ngeliatin gue gitu.

* * *

Setaun yang lalu, oknumnya masi gue dan Mba Vivi bersama beberapa orang sesama mahasiswa baru plus Mba Adian berdiri di depan WIR menunggu mobil jemputan yang akan mengantar mahasiswa baru yang belum dapet apartemen ke penampungan sementara di holiday park. Tak lama datanglah mobil itu, yang disupiri oleh Mas Thomas yang legendaris.

Gue kok ngga inget ya tampangnya si Mas Thomas itu. Katanya si cakep, tapi gue merasa cakepnya itu hanya ilusi, sindrom baru ngeliat bule seperti guekatakanlahketika baru liat Ben gitu. Padahal mah biasa aja. Yang jelas Mas Thomas ini menjadi figur yang legendaris di milis WUR 2007. Yang belum ngeliat bertanya-tanya, yang udah ngeliat keukeuh kalo Mas Thomas itu ganteng. Sangking legendarisnya, semua mahasiswa yang magang jadi supir WUR kita panggil Mas Thomas (lho, ini bentuk penghargaan ya). Kayanya figur lain yang menimbulkan keributan seperti itu cuma Si N***, yang sempat membuat jari seseorang teriris *hehe, lirik-lirik yang lagi di Jakarta*

* * *

Seminggu yang lalu ketika gue ke Hoevestein, Adhel dengan bersemangat menghampiri gue.

"Tante Rani, jaket putihnya mana?"

"Ada di sepeda. Kenapa Dhel?"

Sambil cekikikan, Adhel menjawab, "Jaket putih yang ketumpahan coklat, gara-gara liat Mas Thomas yang ganteng."

Tiba-tiba Mba Adian dateng. "Iya Rani, Adhel cerita-cerita ke semua orang, gara-gara liat Mas Thomas yang ganteng, Tante Rani numpahin coklat ke jaket."

GUBRAAKKKKK!!!!

3 komentar:

  1. Hahahahhaha... Tolong yah, peristiwa teririsnya jari karena oknum N jangan diexpose. Malu.. hihihi..

    Oia, mas thomas itu emang ganteng si. Tapi agak kaya komik gtu mukanya. Kaya pangeran di film2 disney gtu. Rambut agak panjang blonde mata biru pipi merah. Tp not my type.. ;)

    BalasHapus
  2. Hihi, bagi2 aib Ti ;)

    Maksudnya tipenya Tia yg kaya2 orang Iran gitu? *dudududu...*

    BalasHapus
  3. hehe.. untung tulisan ini dalam bahasa indonesia. Klo dalam bhs inggris dah pingsan gw. Mana ada link nya lagi. hahaha...

    BalasHapus