02 Februari 2008

315

"Anders dan studeren, wat gaat je doen in Nederland?" guru les Belanda gue bertanya. Selain kuliah, mo ngapain lo di Belanda?

"Ik wil naar festival en museum gaan," jawab gue. Gue pingin pergi ke festival dan museum. Dan minggu kemarin gue ada di International Film Festival Rotterdam! Waa gilaa! Mengingatnya aja masi bikin gue seneng gini. Gue seneng film-filmnya, gue seneng crowd-nya, semua deh.

Menurut wikipedia dan situs resminya, IFFR adalah festival yang sangat ramah pada orang-orang biasa. Mahal sih (nanti gue bahas ini), tapi tidak sombong. Pilihan filmnya cukup asik dan dengan semangat Hubert Bals, banyak menampilkan karya-karya pendatang baru. Gue selalu tertarik melihat film pertama seorang sutradara, melihat ledakan ide-ide atau kenaifan seorang pemula. Bukan kebetulan 4 dari 6 film yang gue tonton adalah film perdana.

Parents' DayTapi yang ini bukan. Roditelskii Den (Parents' Day) adalah film Rusia, eh, Uni Sovyet taun 1982. Ceritanya tidak luar biasa. Tapi ada perasaan mirip-mirip depresi yang menggantung di udara, yang lalu pecah oleh tawa. Sangat-sangat Rusia, eh? Sebenarnya yang diputer dua film, film pertama adalah Ostrova. Alexander Sokurov (Island. Alexander Sokurov), sebuah dokumenter tentang sutradara yang tidak gue kenal dengan film-film yang tidak gue kenal. Dan gara-gara malam sebelumnya siaran sama kadal sampe tengah malam, jadilah gue terkantuk-kantuk menontonnya :D

End of the LineIde Fim da Linha (End of The Line) menarik dan menggelitik tentu saja. Dan sutradaranya ganteng, hihi. Ini film pertamanya Gustavo Steinberg dan dibiayai sama Hubert Bals Fund. Tidak ada yang terlalu baru, tapi temanya nyambung sama tulisan gue sebelum ini dan cukup bikin gue mikir seperti harapan sutradaranya yang ganteng itu *keukeuh* Ini film sangat-sangat dunia ketiga, dan kayanya kondisi perfilman di Brazil lebih parah dari Indonesia. Tiket bioskop setara 6 euro, dengan standar hidup kira-kira sama dengan di Indonesia. Sutradaranya yang ganteng aja pro-pembajakan, karena itu satu-satunya cara supaya filmnya bisa ditonton orang, padahal gue gak mau beli bajakan film Indonesia. Tapi kenapa di festival ini ada 10 film panjang Brazil dan 2 film panjang Indonesia ya :-

Waltz in StarlightMenonton Hoshikageno Waltz (Waltz in Starlight), ada atmosfer mentah yang sering gue temuin di film-film "indie" produk euforia "bikin film itu gampang". Sutradaranya seorang fotografer, dan tentunya lo mengharapkan gambar-gambar indah kaya kartu pos. Tapi gambar-gambarnya amatir banget, kaya video rumahan. Awalnya gue ngerasa biasa aja, tapi lama-lama kok jadi keren. Biografi yang diceritakan seperti lo bercerita tentang kakek lo sendiri, mungkin gak penting buat orang lain tapi penting buat lo. Duh, gue gak bisa menjelaskan kenapa gue menganggap film ini keren. Yang jelas personal banget, dan sutradaranya (ternyata) gak berpretensi macem-macem. Jadi apa yang ngebedain amatir, naif, sama jujur?

Naissance des PieuvresNaissance des Pieuvres (Water Lilies), tentang tiga cewek umur lima belas taun; satu cantik, satu biasa aja dan dadanya masih rata, satu gemuk. Terdengar Jennifer Love Hewitt gak sih? Tadinya agak malas menonton film ini, tapi ternyata walopun mepet tiketnya masih ada. Dan ternyata gak nyesel. Keren. Malam sebelumnya gue liat diskusi sama sutradaranya, dan moderatornya berusaha menekankan bahwa yang "kalah", yang sebenarnya paling unsecure (ini semacam unlogic, hehe) adalah si cantik, dan pemenang sesungguhnya adalah si gemuk. Lagi, Jennifer Love Hewitt, eh? Menurut gue sih gak begitu. Akhir film ini memberi sedikit rasa gak enak di perut seperti Inarritu, yaa begitulah umur 15 taun. Lo merasa buntu, tenggelam dan ga bisa keluar, dan itu bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dalam 85 menit. Itu selesai di suatu pagi ketika lo bangun dan tiba-tiba mencintai diri lo sendiri, dan mungkin saat itu lo sudah berumur 19 atau 25 taun.

Go with Peace JamilGo With Peace Jamil, sebuah film tentang perseteruan syiah-sunni yang berlokasi di Denmark. Gue gak begitu hepi sama film ini, sebenarnya karena gak sesuai ekspektasi gue. Gue berharapnya dengan latar di Denmark, film ini bercerita tentang pergulatan batin seorang muslim dalam lingkungan nonmuslim (cieeh...) Taunya ya... kaya film gangster biasa.


Waktu Budi ngeliat daftar film yang diputer, dia langsung histeris ngeliat The Man from London-nya Béla Tarr, sementara gue yang... sapa tu? "Lucky you, Ran," katanya. "Film itu ditunggu-tunggu banyak orang." Ok deh... ternyata nasip memutuskan gue masih bisa mendapatkan sebuah tiket. Dan ini hasilnya.

The Man from London
Gimana kalo Ariani baca ini dan menemukan salah satu kuratornya cuma pura-pura ngerti Béla Tarr, Bud? ;)

Pokoknya gue puas banget deh. Ada sih yang gak kesampean, seperti nonton Flower in the Pocket (salah satu film arus baru Malaysia) dan You, the Living. Juga gak nonton film pendek (selain Parents' Day) dan seenggaknya salah satu dari film sineas generasi keempat-nya Cina.

Gue ke Rotterdam dalam keadaan bangkrut di akhir bulan. Sendiri lagi (dan si iPod dengan baik hatinya menghadiahi lagu One is the Loneliest Number). Padahal tiketnya mahal banget, 9 euro per film tanpa tijgerpas. Kalo pake tijgerpas jadi 6 euro, tapi baru buk setelah 5 film. Tadinya gue gak menyangka bakal nonton segitu banyak, tapi ternyata... :D Sebagai kompensasi atas ketidakmampuan menahan diri dalam membeli tiket, gue superngirit di sektor-sektor lain seperti makan siang dan makan malam dengan jalan ngebekel. Tapi bukan cuma gue aja tu ternyata, orang-orang juga pada bekel. Oh, gue lupa, ini Belanda :D

Tips-tips buat yang mau ke IFFR (tepatnya, yang harus gue inget-inget buat taun depan):
  1. Beli tijgerpas. Karena toh gue memang tidak (akan) bisa menahan diri. Kalo ngepas 5 atau lebih, sukur. Kalo 4, anggep-anggep beli souvenir 3 euro. Kalo 3, kayanya ga mungkin :D
  2. Beli tiket lewat internet kayanya cukup 1 (soalnya biaya pesennya 0,70 euro sendiri, kurang ajar), karena toh biasanya juga agak-agak nebak-nebak milih filmnya. Ambil yang sepagi mungkin. Maksudnya kalo bakal nyampe Rotterdam jam 11, cari tiket yang jam 12-jam 13an biar ga bengong (yang berpotensi menghasilkan kerusakan seperti belanja atau membeli tiket asal).
  3. Cari info film sebelum berangkat, tapi pilih di tempat karena nyari di internet gak nyaman dan di buklet lo bisa dapet rekomendasi film-film yang layak tonton. Begitu dapet buklet, langsung pilih-pilih film dan beli semua, terutama untuk besoknya karena sangat mungkin keabisan.
  4. Jangan lupa diselidiki apakah film itu mengandung teks bahasa Belanda atau Inggris. Coba tebak dari enam film yang gue tonton, yang mana yang gue salah liat :D
  5. Bawa bekal memang ide yang bagus untuk mengirit. Dan jangan sampe ketinggalan minum di dalam teater :D
  6. Mbok ya kalo ada kesempatan ngobrol sama sutradara ya ngobrol. Kapan lagi ketemu coba?
Ngomong-ngomong, kayanya asik juga kalo tema jalan-jalan dibikin festival film. Jadi jalan ke Venezia pas lagi Venice International Film Festival, ke Berlin pas lagi Berlin International Film Festival, dan seterusnya. Oke deh, cek jadwalnya dulu.
Berlin International Film Festival: 7-17 Februari 2008
*glk*

(di tab sebelah, rekening bank gue teriak-teriak minta berenti dieksploitasi)

4 komentar:

  1. lo nonton dokumenter alexander sokurov sih gue masih maafkan (gue cuma punya dvd 'russian ark' doang, yg 90-menit-one-take-shot-wow-oh-tapi-so-what-gituh-loh-malah-ngantuk-nontonnya-hi-hi-hi, dan bajakan 5ribuan tentunya, kan gue masih di indonesia jrenggg, ihik-ihik), TAPI LO NONTON FILMNYA BELA TARR ARGHHHHHHHHHHHHHHH, gue nggak terima!!!! kecuali lo bajakin buat gue, diem2 pake handycam gituh di bioskop, trus Joni bakal bilang lo jenis Penonton Keempat: Penonton Pembajak. (trus gue pura2 jadi jenis Penonton Keenam, apa hayo?)

    BalasHapus
  2. lho alexander sokurov itu ngetop ya ternyata? :D
    yea... dokumenternya gitu doang, dia ngomong, trus klip filmnya. gemana gue ga ngantuk coba (itu penonton jenis keberapa ya bud, lupa)

    BalasHapus
  3. Penonton Kedelapan: Penonton Tidur.


    (anj*s gue apal)

    BalasHapus
  4. Rani, I enjoy this post so much! Selain karena gw ngebayangin gimana senengnya kalo gue ngalamin apa yg lo alamin (going to those european film fests), gw juga bisa ngerasain kehepian dan kepuasan lo nonton film2 di fest ini walopun bikin lo tambah cekak! :D

    so, bulan Agustus / Sept nanti ada film fest apa ran? *wink*

    BalasHapus